Harga Bitcoin Naik Sempat Meroket Tinggi

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Harga Bitcoin (BTC) kembali mengalami penurunan akibat kenaikan tekanan perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Data CoinMarketCap menunjukkan bahwa nilai BTC turun sehingga 8,86% dalam perdagangan pekan terakhir. Pasar saat ini mencatat BTC berharga US$ 110.743, setara dengan sekitar Rp 1.83 miliar (dengan asumsi kurs Rp 16.583 per dolar). Dalam rentang waktu tersebut, BTC mengalami fluktuasi yang signifikan, dengan harga antara US$ 107.318 hingga US$ 123.535.

Tokocrypto mengungkapkan bahwa nilai pasar BTC saat ini mencapai Rp 36.629 triliun, sementara volume perdagangan dalam waktu 24 jam terakhir telah menurun 24%, menjadi Rp 1.136 triliun. Penurunan ini terjadi setelah China menerapkan sanksi terhadap suku cadang bertech asal Amerika yang digunakan perusahaan Korea Selatan.

Fyqieh Fachrur, analis dari Tokocrypto, mengundang pemicu penurunan tajam nilai pasar kripto dari US$ 3,96 triliun menjadi US$ 3,75 triliun dalam waktu satu hari. Hal ini disebabkan oleh ketegangan dagang yang semakin memburu antara AS dan China. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengaku melibatkan diri secara langsung dalam konflik ini setelah sebelumnya memberi peringatan tentang tarif 100% pada seluruh impor dari China.

“Selama hubungan AS-China tetap tidak stabil, kripto akan sulit untuk pulih, karena aset berisiko seperti ini biasanya berkembang saat kondisi global ramah,” kata Fyqieh. Menurutnya, pasar saat ini berada dalam fase turun yang dipicu oleh faktor makroekonomi eksternal. Kondisi serupa sebelumnya terjadi pada tahun 2022 ketika China menghadapi kenaikan suku bunga The Fed yang tinggi.

“Setiap fase bear market kripto memiliki penyebab tersendiri. Pada 2018-2019 ada larangan BTC di China, tahun 2022 kita menghadapi kenaikan suku bunga The Fed, dan kini tahun 2025 yang menguatkan ketegangan adalah perang dagang AS-China. Ini fase yang tak bisa dihindari, tapi akhirnya selalu diikuti pemulihan,” jelas Fyqieh. Namun, ia mengaku volatile tinggi saat ini adalah gejolak jangka pendek investor karena ketidakpastian kebijakan dagang global. Secara teknikal, BTC saat ini sedang konsolidasi di kisaran US$ 110.000-US$ 116.000, dengan dominasi penjual (bear).

Tingkat US$ 110.000 menjadi zona dukungan penting, sementara US$ 116.000 menjadi batas resistensi utama. Jika BTC berhasil menembus titik tersebut, ada kemungkinan besar untuk kembali menguji harga US$ 120.000. “Jika ketegangan tarif terus berlanjut, pasar kripto akan tetap bergejolak dengan pergerakan harga yang tidak stabil. Namun, jika dalam beberapa minggu ke depan ada tanda positif seperti kesepakatan atau penundaan tarif, badai ini bisa mulai reda,” tambahnya.

Menurut data terbaru, perang dagang AS-China terus berdampak pada pasar kripto global. Analisis menunjukkan bahwa ketegangan politik dan ekonomi antara kedua negara besar ini sering mempengaruhi harga BTC dan altcoin lainnya. Investor perlu waspada terhadap fluktuasi harga yang bisa terjadi secara tiba-tiba.

Sebagai tambahan, studi kasus menunjukkan bahwa periode volatilitas tinggi seperti ini sering diikuti oleh kesempatan investasi yang menjanjikan. Investor yang memiliki strategi jangka panjang dan manajemen resiko yang baik dapat memanfaatkan pergerakan harga ini untuk mendapatkan keuntungan. Namun, penting untuk selalu memperbarui informasi dan memantau perkembangan situasi geopolitik untuk membuat keputusan yang lebih cermat.

Apakah BTC akan kembali naik atau tertekan lebih jauh? Semua tergantung pada bagaimana situasi dagang global berkembang dalam waktu dekat. Investor harus siap menghadapi berbagai kemungkinan dan tetap cermat dalam mengelola portofolio kripto mereka.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan