Siswa SMP di Serang Jadi Korban Kekerasan Guru selama Ekstrakurikuler

Dalam sebuah insiden yang mengejutkan, seorang guru laki-laki di salah satu SMP di Kabupaten Serang, Banten, melakukan perbuatan yang sangat tidak pantas terhadap seorang siswa. Buatannya ini justru berlawak, padahal dia seharusnya menjadi teladan bagi murid-muridnya. Tindakan tidak layak ini terjadi ketika korban sedang berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler Pramuka. Pelaku mencoba membisukan korban dengan memberikan uang sebesar Rp 30 ribu agar tidak mengungkapkan kejadian tersebut.

Menurut keterangan Kapolres Serang, AKBP Condro Sasongko, perbuatan pelaku didasarkan pada penyimpangan orientasi seksual. Dia mengaku merasa tertarik kepada laki-laki, terutama terhadap anak-anak laki-laki. Kejadian tidak senonoh ini terjadi pada bulan Agustus, namun keluarga korban baru menyadari peristiwa tersebut dua bulan kemudian dan melaporkannya ke Polres Serang pada tanggal 8 Oktober 2025.

Perbuatan pelaku terungkap setelah korban menceritakan kejadian tersebut kepada orang tuanya. Keluarga korban, yang merasa tidak menerima perbuatan tersebut, segera melaporkan kasus ini kepada pihak berwajib. Kapolres Serang menggarisbawahi bahwa pihaknya akan bertindak tegas terhadap setiap bentuk kekerasan atau kejahatan seksual. Polisi juga memastikan bahwa penyelidikan akan dilakukan secara teliti untuk tidak ada korban lain yang tersembunyi.

Unit PPA di bawah pimpinan Iptu Iwan Rudini segera bertindak. Pelaku berhasil ditangkap di rumahnya di Cikeusal, pada Senin (13/10). Penyelidikan masih berlangsung untuk mengetahui apakah ada korban lain yang belum melapor. Polisi tidak menutup kemungkinan adanya lebih banyak korban yang belum mengungkapkan kejadian tersebut.

Selain itu, polisi juga mengungkap bahwa pelaku telah mencabuli korban sebanyak empat kali selama kegiatan ekstrakurikuler Pramuka. Pelaku memberikan uang Rp 30 ribu kepada korban setelah setiap peristiwa. Kasus ini terungkap setelah orang tua korban memeriksa handphone anaknya dan menemukan detail yang mencurigakan. Korban kemudian membuka cerita tentang pengalaman traumatisnya.

Pelaku memanfaatkan kedekatan dengan korban, yang merupakan muridnya, untuk melakukan tindakan tidak senonoh tersebut. Kejadian ini terjadi dari bulan Agustus hingga September 2024. Korban baru berani menceritakan kejadian kepada keluarga setelah nomor pelaku diblokir oleh orang tuanya. Korban mengalami trauma yang signifikan akibat peristiwa tersebut.

Kasus ini mendorong polisi untuk memperdalam penyelidikan dan memastikan bahwa semua pelaku kejahatan seksual akan dikenakan hukuman yang patut. Pihak berwajib juga mendorong masyarakat untuk melaporkan setiap bentuk kekerasan atau kejahatan seksual agar kasus seperti ini tidak terjadi lagi.

Pemberdayaan siswa dan peningkatan kesadaran tentang hak asasi manusia di sekolah sangat penting untuk mencegah kasus serupa di masa depan. Semua pihak harus bekerjasama untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan Nyaman bagi semua siswa.

Kasus ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya pengawasan dan perlindungan terhadap anak-anak di sekolah. Kedekatan antara guru dan siswa harus selalu dipertimbangkan dengan bijak untuk mencegah insiden yang tidak diinginkan. Pendidikan tentang hak asasi manusia dan etika harus dijadikan prioritas dalam lingkungan sekolah agar semua siswa dapat belajar dalam kondisi yang aman dan nyaman.

Baca juga Berita lainnya di News Page