Polisi Dibina Karakter Berdasarkan Asas Spiritual dan Intelektual Menurut SDM Kapolri

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Irjen Anwar, Asisten Kapolri Bidang SDM, telah menyoroti bahwa seorang polisi harus memiliki karakter yang kuat, didukung oleh tiga aspek utama: spiritual, intelektual, dan kultural. Kata-katanya ini disampaikan saat seminar Polri yang berlangsung di Jakarta Selatan, Rabu (15/10/2025), dengan tema ‘Rekonstruksi Jati Diri Bangsa Merajut Nusantara untuk Mewujudkan Polri Sadar Berkarakter’. Acara ini bertujuan untuk mengukuhkan semangat nasionalisme di tengah dinamika geopolitik global yang semakin kompleks.

Sebagai pembicara utama, Irjen Anwar mengungkapkan bahwa seminar ini adalah bagian dari upaya Polri untuk memperbaiki institusi melalui pembangunan sumber daya manusia yang unggul dan berkarakter. Langkah ini juga menjadi awal dalam pengembangan kurikulum dan modul yang menekankan pentingnya karakter bangsa di antara personel Polri.

Hasil penelitian yang dipaparkan oleh Dr Junus Simangunsong, Ketua Tim Peneliti Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia, menunjukkan bahwa dimensi spiritual memiliki skor terendah (4,28) dibandingkan dengan intelektual (4,43) dan kultural (4,46). Ini mengindikasikan kekurangan dalam aspek spiritual yang perlu diperkuat melalui strategi penguatan berjenjang. Polri telah menanggapi temuan ini dengan mendesain kurikulum yang berfokus pada pengembangan karakter dan ketahanan nasional.

Brigjen Langgeng Purnomo, Karobinkar SSDM Polri, menjelaskan pentingnya mengelola dinamika geopolitik global melalui penguatan nasionalisme yang didasarkan pada tiga pilar utama. Ia menyebutkan bahwa persaingan antarnegara dapat berupa kerja sama, persaingan, atau bahkan konflik, seperti globalisasi, perang dagang, dan polarisasi. Menurutnya, Polri harus menjadi pelindung utama bangsa dengan menguatkan jiwa nasionalisme yang dijiwai oleh jati diri bangsa.

Prof Dr Meutia Farida Hatta Swasono, Putri Proklamator, mendorong Polri untuk menjadi role model dalam menyatukan bangsa, bukan hanya sebagai penegak hukum, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai moral dan persatuan. Sementara itu, Prof Dr Anhar Gonggong membahas sejarah kebangsaan dan peran Polri dalam perjalanan bangsa, menekankan pentingnya kejujuran dan kesadaran akan Pancasila.

Kushartono, salah satu peserta seminar, menyarankan bahwa solusi bagi berbagai masalah nasional tidak terletak pada kritik saling menghujat, melainkan melalui introspeksi diri dan ‘tobat nasional’ yang kembali kepada jati diri bangsa yang sejati. Di sesi penutup, Komisioner Kompolnas Supardi Hamid mendorong reformasi tata kelola kelembagaan Polri yang transparan dan berkeadilan untuk mendukung penguatan karakter anggota.

Seminar ini, yang hadir langsung oleh 250 anggota Polri dari berbagai daerah, juga disiarkan daring. Tujuannya adalah untuk mengukuhkan pemahaman tentang jati diri bangsa, menginternalisasi model ‘Sadar Berkarakter’ dalam tugas sehari-hari, dan pada akhirnya, mewujudkan Polri yang responsif, berkarakter kuat, serta memperoleh kepercayaan publik.

Pada tahun 2025, riset terbaru menunjukkan bahwa penguatan karakter di lingkungan Polri tidak hanya berfokus pada aspek profesional, tetapi juga pada aspek spiritual dan kultural. Studi menunjukkan bahwa anggota Polri yang memiliki karakter yang kuat menunjukkan tingkat kepercayaan publik yang lebih tinggi. Selain itu, pengembangan kurikulum yang berorientasi pada nilai-nilai moral dan nasionalisme terbukti meningkatkan ketahanan moral di tengah tantangan geopolitik.

Dalam mengembangkan karakter, Polri juga telah memfokuskan pada pelatihan kepemimpinan yang holistik, mencakup aspek spiritual, intelektual, dan kultural. Hal ini tidak hanya meningkatkan profesionalisme, tetapi juga menjadikan anggota Polri sebagai pelindung nilai-nilai bangsa. Analisis sebelumnya juga menunjukkan bahwa institusi yang memiliki nilai-nilai yang kuat dalam karakter memberikannya kekebalan terhadap korupsi dan kemunduran moral.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa penguatan karakter dalam Polri bukan hanya sebuah kebutuhan, tetapi langkah strategis untuk mengukuhkan institusi. Dengan mengembangkan nilai-nilai spiritual, intelektual, dan kultural, Polri tidak hanya menjadi pelindung hukum, tetapi juga penjaga moral dan persatuan bangsa. Upaya ini tidak hanya penting untuk meningkatkan kepercayaan publik, tetapi juga untuk memastikan bahwa Polri tetap relevan dan tangguh di tengah dinamika global yang terus berubah. Mari káulahkan karakter sebagai fondasi kekuatan bangsa, karena karakter yang kuat adalah jembatan menuju masa depan yang lebih baik.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan