
Di Jakarta, perkara yang terjadi di SMA negeri Cimaraga, Kabupaten Lebak, Banten, menjadi sorotan setelah kepala sekolah di tempat tersebut dituduh menampar siswanya yang tertangkap basah merokok di dalam lingkungan sekolah. Insiden ini mengakibatkan reaksi keras dari siswa-sekolah yang bahkan memicu ancaman nonaktifkan terhadap kepala sekolah.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, Lukman, menjelaskan bahwa insiden itu dimulai ketika salah satu siswa ditangkap merokok di belakang bangunan sekolah. Kepala sekolah kemudian langsung menegur dan mengingatkan siswa tersebut. Namun, Lukman mengatakan bahwa cara peneguran yang digunakan kepala sekolah dianggap terlalu keras dan tidak sesuai.
“Pada saat menegur, mungkin kata-katanya lebih keras. Mungkin beda bahasa, tapi itu biasa saja. Kami belum tahu secara pasti,” terang Lukman kepada wartawan. Pelaku mengakui telah menyentuh wajah siswa, tetapi Lukman tidak dapat menentukan apakah aksi tersebut adalah tamparan keras atau hanya tepukan ringan.
“Menurut pengakuan kepala sekolah, dia memang mengadukan kepala siswa. Tapi saya tidak tau apakah itulah tamparan keras atau tidak, tapi dia mengakui hal tersebut,” tambah Lukman.
Sampai saat ini, kepala sekolah tersebut masih dalam proses permasalahan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten. Dalam proses inipun pihak sekolah, guru, siswa, dan komite juga akan diperiksa lebih lanjut. Lukman menegaskan bahwa kepala sekolah belum secara resmi dinonaktifkan dan proses penonaktifan akan dilakukan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD).
“Jangan langsung menyebut dinonaktifkan. Kami masih menunggu hasil dari BKD. Tugas kami hanya melakukan BAP awal, kemudian hasilnya diserahkan kepada BKD. Nanti BKD yang akan menentukan apakah guru itu akan dikembalikan atau tetap menjadi kepala sekolah, atau ada tindakan lain,” jelas Lukman.
Gubernur Banten, Andra Soni, juga telah memberikan tanggapan atas kejadian ini. Menurutnya, proses nonaktifkan terhadap kepala sekolah sedang dilakukan.
“Iya, sedang kita proses untuk dinonaktifkan,” katanya singkat.
Orang tua siswa yang menjadi korban tamparan kepala sekolah tidak puas dengan aksi tersebut dan langsung melaporkan kasus ini kepada polisi. Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak Satreskrim Polres Lebak, Ipda Limbong, mengonfirmasi bahwa pelaporan telah dilakukan pada Jumat, 10 Oktober. Menurutnya, laporan tersebut dibuat karena adanya dugaan tamparan dari kepala sekolah terhadap siswa.
“Laporannya terkait tamparan yang dilakukan terhadap siswa oleh kepala sekolah. Kita sedang dalam proses penyelidikan dan akan mengundang semua pihak yang terkait, termasuk saksi, untuk mendapatkan informasi yang komprehensif,” jelas Limbong.
Sementara itu, orang tua siswa yang bernama Tri Indah Alesti menolak memberikan keterangan lebih lanjut dan mengaku telah menyerahkan kasus ini kepada kuasa hukum.
“Maaf, semua sudah dialihkan ke kuasa hukum saya,” tuturnya singkat.
Kepala sekolah SMAN I Cimarga, Dini Fitri, membela dirinya dengan menyatakan bahwa aksi penegurannya terhadap siswa hanya bersifat spontan dan tidak melibatkan pemukulan keras. Menurutnya, insiden tersebut terjadi selama kegiatan “Jumat Bersih” di sekolah yang bertujuan meningkatkan kesadaran siswa tentang kebersihan lingkungan sekolah.
“Saya spontan menegur dengan keras, bahkan sempat memukul pelan karena menahan emosi. Tapi saya tegaskan, tidak ada pemukulan keras,” katanya.
Dini Fitri menjelaskan bahwa siswa tersebut dituduh merokok, namun siswa tersebut menolak dan berbohong. Hal ini membuatnya marah. “Kamu merokok. ‘Nggak, Bu’. Langsung nggak ada di tangannya rokoknya. Cari (puntung rokoknya) Ibu lihat. Yang ngebuat (saya) marah itu ngebohong,” katanya.
Sebagai reaksi terhadap insiden ini, 630 siswa di SMAN I Cimarga melakukan mogok sekolah sebagai bentuk protes. Dini Fitri mengaku bahwa seluruh dewan guru tetap melakukan kegiatan seperti biasa, termasuk mengadakan pembelajaran daring untuk siswa yang tidak hadir.
“Kita ASN, tugas kita melayani. Kita berniat bekerja aja. Kemarin juga saya berkoordinasi dengan Wakasek Bu Emi, tolong share, tolong KBM tetap kondusif. Ternyata di belakang layar anak-anak punya cerita sendiri,” katanya.
Wakil Kepala Sekolah Kurikulum, Emi Sumiati, menegaskan bahwa pembelajaran terus berjalan, baik secara langsung maupun daring. Hal ini dilakukan untuk memastikan siswa tidak ketinggalan materi.
“Karena tidak ingin ketinggalan pelajaran, kita mengadakan pembelajaran melalui daring. Walaupun anak tidak datang, KBM terus berjalan. Saya pastikan setiap guru memberikan materi,” katanya.
Emi terus berupaya mengajak siswa kembali ke sekolah agar proses belajar mengajar dapat kembali berjalan lancar.
Bagaimana pandangan Anda tentang insiden ini? Bagaimana cara terbaik untuk mengatasi konflik antara guru dan siswa dalam konteks pendidikan? Insiden ini mengingatkan kita akan pentingnya komunikasi yang baik dan pengelolaan emosi dalam lingkungan pendidikan.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.