Ekspor olahan sarang burung walet diramalkan memacu pertumbuhan ekonomi desa

Di Bogor, Kepala Badan Karantina Pertanian Indonesia (Barantin) Sahat M Panggabean menggelar upacara pelepasan ekspor komoditas olahan sarang burung walet sebesar 6,2 ton dengan nilai mencapai Rp 1 miliar ke Vietnam. Hal ini menunjukkan perjalanan panjang pengusaha lokal yang telah mengembangkan produk ini hingga dapat dipasarkan di luar negeri. Sahat memuji inisiatif tersebut sebagai langkah yang sesuai dengan visi Presiden Prabowo tentang peningkatan daya saing produk nasional. Dia optimis, dengan pengembangan komoditas ini, akan meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama di daerah pedesaan.

Sahat mengungkapkan penghargaan khusus kepada PT Realfood yang telah memulai proses hilirisasi sarang burung walet dan memasarkannya melalui e-commerce. “Harapan kita, dalam waktu 3-4 tahun ke depan, Indonesia bisa menjadi pemimpin dalam perdagangan sarang burung walet di dunia,” tambahnya saat merayakan peristiwa ini pada Selasa, 14 Oktober 2025.

Salah satu manfaat yang diharapkan dari hilirisasi produk ini adalah peningkatan harga sarang burung walet di tingkat lokal, sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat desa. “Jika proses ini berhasil, tidak hanya harga produk akan naik, tetapi juga ekonomi desa-desa yang kaya akan sumber daya ini akan semakin membuat usaha mereka berjalan lancar,” kata Sahat.

CEO PT Realfood, Winta Asia Edwin Pranata, menjelaskan bahwa produk olahan sarang burung walet yang diekspor sudah memiliki merek dagang miliknya, yaitu Realogy. Merek ini telah terdaftar di negara-negara seperti Amerika, Thailand, Vietnam, Filipina, dan China. “Hari ini bukan hanya hari biasa bagi Realfood, tetapi juga bagi Indonesia. Ini adalah hari pertama negara kita mengekspor produk berbrand sendiri,” katanya dengan bangga.

Edwin mengungkap, produk olahan sarang burung walet tidak hanya berupa makanan, tetapi juga diolah menjadi produk kosmetik yang akan diekspor ke beberapa negara. “Kami telah menghasilkan kolagen dan skincare berbasis sarang burung walet, dan diharapkan menjadi produk unggulan yang akan dipasarkan di Thailand mulai Desember atau Januari mendatang,” ujarnya.

Selain itu, ia juga menyoroti bahwa produk ini merupakan hasil inovasi dari desa-desa di Bojonegoro. “Karya ini bukan hanya hasil usaha komersial, tetapi juga perwujudan semangat bangsa untuk berdampak positif di tingkat global. Kondisi alam kaya Indonesia bukan hanya sekedar sumber daya alam, tetapi juga sumber inovasi yang dapat bermanfaat bagi dunia,” tutup Edwin.

Menurut data terbaru, ekspor sarang burung walet menunjukkan tren positif dengan peningkatan permintaan di pasar internasional. Hal ini dapat menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk menghadapi persaingan global dengan produk berkualitas tinggi. Dengan dukungan teknologi dan inovasi, potensi sarang burung walet dapat dioptimalkan untuk mendukung perekonomian nasional.

Kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa potensi Indonesia dalam sektor agroindustri masih sangat besar. Dengan pencapaian ini, Indonesia telah menunjukkan kemampuan untuk memiliki produk berkualitas yang dapat bersaing di pasar global. Inovasi dan kerjasama antara pemerintah dan industri lokal menjadi kunci sukses dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Baca juga Berita lainnya di News Page