Puluhan Siswa Terpapar Keracunan MBG di Tulungagung, BGN Minta Penanganan Sementara

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Dalam kasus keracunan yang melibatkan puluhan siswa SMPN 1 Boyolangu, Tulungagung, Jawa Timur, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menjamin dukungan penuh dari pihaknya. nizn ia menegaskan bahwa biaya pengobatan akan ditanggung oleh BGN, kecuali ada pengumuman status lain dari Pemkot atau Pemda yang menyatakan Kasus Luar Biasa (KLB). Hal ini berlaku di seluruh Indonesia.

Selain itu, BGN juga akan mengevaluasi kembali operasional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang terkait, yaitu Yayasan Gusti Maringi Mukti di Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat. Langkah selanjutnya yang diambil adalah menghentikan sementara operasional SPPG tersebut. Pada umumnya, penghentian operasional SPPG minimal berlangsung selama 14 hari. Waktu ini diperlukan untuk memproses hasil uji laboratorium dari BPOM, mengumpulkan alat bukti, dan taktik lain yang relevan.

Siswa Andika Aldiano menceritakan bahwa gejala keracunan mulai terasa sesaat setelah mereka menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG) berupa ayam kecap. “Setelah memakan hidangan tersebut, saya merasakan mual, pusing, dan muntah. Gejala ini muncul tidak lama setelah konsumsi MBG,” ungkap Andika, seperti dilaporkan oleh detikJatim pada Selasa (14/10/2025).

Gejala serupa juga dirasakan oleh siswa lainnya. Sebagai tanggapan, pihak sekolah telah memindahkan puluhan siswa yang menderita gejala keracunan ke Puskesmas Boyolangu untuk mendapatkan perawatan medis. Menurut AKP Tarmadi, Kepala Seksi Boyolangu, 38 siswa telah melaporkan berbagai keluhan, termasuk satu siswa yang mengalami kejang dan nyeri perut. “Siswa tersebut sedang dalam tahap evakuasi karena memerlukan perawatan intensif,” tambahnya.

Menurut AKP Tarmadi, ayam diperkirakan sebagai sumber utama keracunan. Dia menambahkan bahwa nasi tidak masalah, sedangkan tomat yang diiris terlihat dan berbau busuk. Hal ini menguatkan dugaan bahwa lauk ayam yang dagingnya terlalu lembek menjadi penyebab utama. “Tidak seolah-olah hidangan tersebut dibuat dengan segera,” katanya.

Menurut data Kementerian Kesehatan, Kasus keracunan makanan di sekolah memang tidak jarang terjadi. Hal ini dikarenakan berbagai faktor, seperti ketidaksesuaian penyimpanan makanan, keamanan sanitasinya, hingga kualitas bahan makanan yang digunakan. Sebagai contoh, dalam laporan tahunan 2024, terdapat 123 kasus keracunan makanan yang dilaporkan di berbagai sekolah di Indonesia, dengan sekitar 20% kasus berasal dari makanan berbahan daging.

Selain itu, studi terkini dari Universitas Airlangga menunjukan bahwa kebanyakan kasus keracunan sekolah disebabkan oleh ketidaksengajaan dalam pemrosesan atau penyimpanan makanan. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya pengawasan yang ketat terhadap program Makan Bergizi Gratis, agar anak-anak tidak menjadi korban keracunan makanan.

Untuk mencegah kasus serupa di masa depan, penting untuk memperkuat sistem pengawasan, memberikan pelatihan bagi petugas pengolahan makanan, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan dan keamanan pangan. Semua pihak harus bekerja sama untuk menjamin keamanan makanan di sekolah dan menciptakan lingkungan belajar yang sehat bagi siswa.

Keracunan makanan adalah peringatan serius bagi kita semua. Mari kita berpartisipasi dalam upaya menjaga kebersihan dan keamanan pangan, mulai dari rumah hingga tempat pendidikan. Keamanan makanan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan