Penggunaan Stadion Dadaha untuk Konser Harus Diteliti Berdasarkan Risiko dan Keuntungan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Rencana pelaksanaan acara musik di Stadion Wiradadaha, Tasikmalaya, pada 1 November 2025 terus menjadi sorotan diskusi. Beberapa pihak berpendapat bahwa kegiatan seperti ini mampu mendorong pertumbuhan perekonomian setempat. Namun, pihak lain meragukan keputusan tersebut, terutama terkait dengan manfaat yang relatif kecil bagi pemerintah dari retribusi acara semacam itu.

Anggota DPRD Kota Tasikmalaya, Hilman Wiranata MSi, menyatakan bahwa kegiatan besar di fasilitas umum wajib memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat. Hingga saat ini, biaya sewa stadion hanya sekitar Rp5 juta, yang dianggap terlalu rendah jika dibandingkan dengan potensi pengaruh acara besar seperti konser.

“Jika tidak ada manfaat lain selain retribusi sekitar lima juta rupiah, kami merasa tidak layak. Acara besar harus dapat menopang perkembangan ekonomi dan pendapatan daerah. Sebelum izin dikeluarkan, harus diketahui berapa banyak tiket yang akan dijual. Jika sudah ada jaminan deposit, baru izin bisa dikeluarkan. Jika tidak, keputusan tersebut harus dipertimbangkan kembali,” kata Hilman, Sabtu (11/10/2025).

Ia juga mempertanyakan tanggung jawab penyelenggara dalam menjaga kondisi fasilitas setelah acara berakhir. Kasus sebelumnya menunjukkan kerusakan pada lapangan stadion tanpa adanya tindak lanjut dari pihak penyelenggara.

“Standar perawatan harus ditetapkan secara optimal. Jangan sampai terjadi kerusakan kemudian penyelenggara justru menyalahkan pihak lain. Jika tidak ada tempat lain yang lebih layak, tanggung jawab perawatan harus diatur dengan jelas,” ujarnya.

Selain itu, Hilman menyoroti ketidaksepakatan dalam pelaporan pendapatan dari penyelenggara acara. Banyak EO yang mengaku mengalami kerugian sehingga tidak menyetorkan pajak hiburan atau kontribusi lain ke kas daerah.

“Terkadang penyelenggara acara mengaku rugi, sehingga tidak ada pendapatan yang masuk ke kas daerah, meskipun acara terus diadakan berulang kali,” tambahnya.

Menurut Hilman, acara besar seperti konser musik seharusnya menjadi bagian dari strategi kreatif pemerintah dalam mendorong perekonomian. Namun, pelaksanaan harus teratur sesuai aturan, memperhatikan nilai sosial-budaya, dan memberikan dampak positif bagi pembangunan kota.

Dalam era digital saat ini, acara besar seperti konser tak hanya sekadar hiburan, melainkan juga peluang besar untuk mendukung perekonomian lokal. Studi menunjukkan bahwa satu konser bisa menarik ribuan pengunjung, yang tidak hanya membeli tiket, tetapi juga mengunjungi tempat-tempat lain di kota, seperti restoran, hotel, dan toko. Ini bisa menjadi peluang emas bagi pemerintah dan warga untuk mengembangkan industri pariwisata dan kreatif.

Dari sisi sosial, konser juga berpotensi menjadi sarana pembangunan karakter masyarakat. Melalui budaya hiburan ini, nilai-nilai positif seperti kesatuan, toleransi, dan kreativitas bisa dijulurkan. Namun, penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa acara-acara semacam ini tidak hanya untuk keuntungan sekatil, tetapi juga membawa manfaat jangka panjang bagi masyarakat.

Jika diatur dengan baik, konser di Stadion Wiradadaha bisa menjadi model sukses bagi acara serupa di kota-kota lain. Dengan peningkatan pendapatan daerah, pemeliharaan fasilitas yang optimal, dan dampak ekonomi yang signifikan, Tasikmalaya akan menunjukkan bahwa hiburan dan pembangunan bisa saling mendukung.

Acara musik besar bukan hanya tentang hiburan. Ini tentang potensi untuk mengubah kota menjadi destinasi yang lebih menarik, mendukung perekonomian, dan menciptakan iklim positif bagi masyarakat. Dengan perencanaan cermat dan komitmen yang kuat, Tasikmalaya bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menuju ke depan bersama.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan