Trump Tetapkan Tarif Impor Bar 100% ke China, Xi Jinping Membalas Kapal AS Dikenakan Biaya US$ 56 per Ton

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengumumkan rencana untuk menyandera tarif impor sebesar 100% pada produk-produk dari China, efektif mulai 1 November 2025. Langkah ini adalah respon terhadap kebijakan China yang memperketat ekspor mineral tanah jarang ke negara-negara lain. Mineral ini memiliki peran krusial dalam berbagai industri teknologi maju, termasuk otomotif, sekotor pertahanan, dan semikonduktor, dengan China menjadi penyuplai sekitar 70% pasokan global.

Menurut postingan Trump di platform sosial Truth Social, kebijakan tambahan tersebut juga mencakup kontrol ekspor terhadap peralatan lunak dan batalnya pertemuan dengan Presiden China, Xi Jinping, dalam KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik di Korea Selatan. Selain itu, ada pengenaan biaya tambahan US$ 50 per ton bersih pada kapal-kapal dari China yang berlabuh di pelabuhan Amerika Serikat, mulai 14 Oktober 2025.

China segera memberikan tanggapan dengan mengenakan biaya masuk sebesar 400 yuan atau US$ 56 per ton bersih pada kapal-kapal Amerika Serikat. Kementerian Perhubungan China menyebut kebijakan AS melanggar prinsip perdagangan internasional dan merugikan perdagangan antar dua negara. Biaya tersebut juga akan berlaku pada kapal yang dimiliki oleh entitas Amerika Serikat dengan saham minimal 25% dan akan-naik secara bertahap hingga 17 April 2028.

Michael Hart, Presiden Kamar Dagang Amerika di China, memprediksi bahwa tarif ini akan memengaruhi konsumen AS dengan peningkatan biaya, menurunkan keuntungan pengirim, dan sedikit mengurangi permintaan ekspor ke AS. Meskipun Trump dan Xi Jinping telah melakukan pembicaraan telepon sebelumnya, ketegangan diplomatik antara kedua negara tetap tinggi. Rencana pertemuan di Korea Selatan juga belum memberikan kemajuan signifikan dalam meredakan situasi.

Tindakan ini menunjukkan eskalasi dalam perang dagang antara AS dan China, yang tidak hanya berdampak pada ekonomi kedua negara tetapi juga pada pasar global. Kondisi ini menambahkan keraguan bagi investor dan perusahaan yang bergantung pada perdagangan antar dua negara ini. Tanpa penyelesaian yang konstruktif, dampak jangka panjang bisa merugikan keduanya secara ekonomi dan geopolitik.

Dalam kondisi seperti ini, penting bagi kedua belah pihak untuk menemukan jalan tengah yang menguntungkan. Pertarungan tarif akan membahayakan stabilitas ekonomi dunia, terutama dalam industri teknologi yang ketergantungan pada mineral tanah jarang. Bagi konsumen, bisnis, dan pemerintah, wacana perdamaian dan kolaborasi harus menjadi prioritas untuk menghindari dampak yang lebih buruk di masa depan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan