Resign di Jepang Dibutuhkan Agen

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Ketika berbicara tentang pekerjaan di Jepang, intensitasnya tak pernah ragu-ragu. Harian bisa melampaui 12 jam, dan ini hanya dianggap sebagai hari biasa bagi banyak karyawan. Meskipun demikian, keluar dari pola kerja yang begitu padat bukanlah tugas mudah. Mengundurkan diri atau bahkan meminta cuti sering kali dihadang oleh prosedur yang rumit.

Salah satu kasus yang terungkap, seorang wanita dengan nama Yuki Watanabe, mengaku menghabiskan setiap hari di kantor selama 12 jam. Mulai dari pukul 9 pagi hingga 9 malam adalah jadwal minimumnya. “Saya biasanya baru pulang setelah pukul 11 malam,” ungkapnya. Keadaan seperti ini pun memengaruhi kesehatannya. Dia mengalami gejala seperti gemetar kaki dan masalah perut. Walaupun sadar harus berhenti, adanya budaya kerja hierarkis yang kuat di Jepang menjadi penghalang.

Pergi tepat waktu atau mengambil cuti pun bukanlah hal mudah. Yang lebih rumit adalah mengajukan pengunduran diri, yang dianggap sebagai tanda ketidakhormatan. Para pekerja di negara itu sering menghabiskan waktu panjang di satu perusahaan, bahkan satu hidup. Dalam kasus tertentu, atasan yang keras bahkan merobek surat pengunduran diri dan mengancam karyawan untuk tetap bekerja.

Watanabe sendiri mengalami kesulitan serupa. Dia menceritakan bahwa mantan atasannya sering mengabaikannya, namun dia tidak berani mengundurkan diri. Namun, dia menemukan jalan keluar melalui layanan Momuri, agen yang membantu karyawan yang takut menghadapi atasan mereka. Layanan seperti ini sudah ada lama, namun semakin populer setelah pandemi. Saat banyak pekerja mulai merenungkan kiprah karier mereka, permintaan terhadap agen pengunduran diri semakin melonjak.

Sampai saat ini, tidak ada data pasti tentang jumlah agen semacam ini. Namun, para pelaku industri dapat mengaku bahwa minat untuk layanan ini terus bertambah.

Budaya kerja Jepang yang ekstrim menggambarkan tantangan dalam mencapai keseimbangan hidup dan pekerjaan. Meskipun tradisi loyalitas kuat, semakin banyak pekerja yang mencari alternatif untuk menjaga kesehatan mental dan fisik mereka. Ini menjadi tanda bahwa perubahan dalam paradigma pekerjaan di Jepang mulai terasa, meskipun perlahan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan