Manfaat Lari dan Berjalan Kaki dalam Membakar Kalori

Japanese walking, atau jalan kaki dengan pola berubah-ubah antara kecepatan lambat dan cepat, dikenal pula sebagai Interval Walking Training (IWT). Dalam sesi selama 30 menit, aktivitas ini berfokus pada bergantian antara jalan lambat dan cepat selama tiga menit masing-masing.

Menurut Dara Ford, PhD, RD, Direktur Program Magister Sains Pendidikan Gizi di American University, baik Japanese walking maupun lari termasuk dalam kategori latihan kardiovaskular. Keduanya memiliki manfaat penting bagi kesehatan jantung, seperti mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke, menurunkan tekanan darah, serta membantu mengelola diabetes tipe 2 dan berat badan. Selain itu, kedua aktivitas ini juga memberikan dampak positif pada kesehatan mental dan kesejahteraan secara overall.

Walaupun demikian, lari memberikan intensitas yang lebih tinggi, sehingga manfaatnya bagi kesehatan jantung lebih signifikan. Namun, perlu diingat bahwa latihan ketahanan yang berkepanjangan dan intensif dapat justru meningkatkan risiko kerusakan kardiovaskular, terutama bagi orang yang tidak aktif secara fisik atau memiliki kondisi jantung yang tidak Ideal.

Berkat konsistensi, setiap aktivitas yang bisa menambah detak jantung akan membawa manfaat bagi kesehatan jantung. Martin Binks, PhD, ilmuwan penyakit metabolik dan kepala departemen nutrisi di Universitas, menekankan bahwa setiap orang bisa mencapai tujuan kesehatan dengan melakukan aktivitas yang disukai dan dapat dilakukan secara rutin.

Pada umumnya, berlari lebih efektif dalam pembakaran kalori karena intensitasnya lebih tinggi. Namun, Ford dan Binks menyoroti bahwa pembakaran kalori bukanlah satu-satunya faktor yang penting. Jika seseorang lebih menyukai berjalan dan akan melakukannya dengan konsistensi, pilihan tersebut lebih baik dibandingkan berlari yang mungkin hanya dilakukan sekali dua kali.

Ford menjelaskan bahwa berjalan adalah cara termudah untuk memulai. Untuk yang ingin meningkatkan intensitas, Japanese walking menjadi alternatif yang baik. Namun, harus diingat untuk mengatur durasi atau intensitas dengan bijak agar tidak menimbulkan cedera. Jika tidak ada masalah dengan intensitas, bisa beralih ke lari dengan peningkatan kecepatan dan jarak secara bertahap. Semakin tua, tubuh mengalami pengurangan flexibilitas, sehingga aktivitas dengan dampak tinggi seperti lari mungkin lebih berat untuk dijalani. Oleh karena itu, penting untuk konsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum melakukan perubahan rutin pada aktivitas fisik.

Menurut Binks, keunggulan Japanese walking terletak pada kemudahan dalam meningkatkan intensitas secara perlahan. Dengan melakukan latihan interval, tubuh dapat beradaptasi dengan pola intensitas yang lebih tinggi seiring waktu.

Dalam pilihan antara Japanese walking dan lari, Binks dan Ford sepakat bahwa aktivitas apapun lebih baik daripada tidak berolahraga sama sekali. Keduanya memberikan manfaat bagi sistem kardiovaskular, kekuatan otot, dan kesejahteraan mental. Walaupun berlari lebih efektif dalam pembakaran kalori, berjalan masih menjadi pilihan yang tepat bagi mereka yang memiliki cedera atau masalah sendi. Pilihan terbaik akhirnya tergantung pada kesehatan, tingkat kebugaran, dan preferensi pribadi.

Banyak orang mengabaikan pentingnya kegiatan fisik rutin dalam kehidupan sehari-hari. Pilihlah aktivitas yang sesuai dengan kondisi dan kesukaanmu, agar dapat dilakukan secara konsisten. Jangan lupa juga untuk memperhatikan respons tubuhmu saat melakukan latihan agar terhindar dari cedera.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page