IHSG Naik Dipengaruhi Perkembangan Juragan Besar, OJK Berikan Keterangan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Saham konglomerasi menjadi salah satu faktor utama yang mendukung kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode terakhir. Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa pada hari Rabu (8/10/2025), saham konglomerasi Alamtri memberikan dukungan signifikan terhadap indeks tersebut.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menyatakan bahwa fenomena ini merupakan bagian dari dinamika pasar saham yang biasa terjadi. Menurut dia, pergerakan saham dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan fundamental perusahaan terkait.

Dalam wawancara dengan wartawan di Gedung BEI, Jakarta, pada hari Kamis (9/10/2025), Mahendra menjelaskan, “Saya melihatnya dari sudut pandang yang lebih dalam, bahwa setiap kelompok industri memiliki dinamika yang berbeda. Ada faktor-faktor seperti kondisi makroekonomi atau fundamental perusahaan yang memengaruhi, tetapi tidak semua emiten mengalami pengaruh yang sama.”

Ia menambahkan bahwa OJK terus mendorong transparansi dan kredibilitas dalam ekosistem pasar modal. Selain itu, OJK juga bertujuan untuk membuka akses pasar modal kepada semua lapisan masyarakat. “Hal ini penting untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal yang kredibel dan memiliki tata kelola yang baik,” tutupnya.

Tiga emiten konglomerasi Alamtri yang terdaftar di BEI adalah PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR), PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), dan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI). Menurut data penutupan perdagangan dari RTI Business pada hari Rabu (8/10/2025), ADMR naik hingga 24,89% dengan harga Rp 1.380 per saham. Volume perdagangan mencapai 270,28 juta lembar dengan nilai transaksi sebesar Rp 335,27 miliar.

Sementara itu, saham ADRO melonjak 12,12% ke harga Rp 1.850 per lembar. Emiten ini mencatat volume transaksi sebesar 324,21 juta lembar dengan nilai transaksi Rp 569,06 miliar. Sedangkan AADI mengalami kenaikan 11% hingga harga Rp 8.325 per lembar, dengan volume perdagangan 42,33 juta dan nilai transaksi Rp 335,46 miliar.

Selain faktor-sektor yang berbeda, perforansi saham juga dipengaruhi oleh kebijakan moneter dan kondisi geopolitik global. Misal, kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa pada 2025 mempengaruhi sentimen investor di Asia, termasuk di Indonesia. Hal ini terlihat dari kenaikan volume transaksi saham sektor komoditi, seperti yang dialami oleh emiten konglomerasi Alamtri.

Penting bagi investor untuk selalu mengupdate informasi terkini dan melakukan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi. Dengan memahami dinamika pasar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, investasi saham dapat menjadi lebih strategis dan menguntungkan.

Investasi saham bukan hanya tentang mengejar profit, tetapi juga tentang membangun kekayaan jangka panjang dengan bijak. Dengan pemahaman yang tepat dan strategi yang matang, peluang sukses di pasar modal bisa lebih terjangkau.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan