Wanita yang Melakukan Oplas Payudara Dancang Berat oleh Kim Jong Un

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pemerintah Korea Utara mengambil tindakan keras terhadap permintaan implantasi payudara yang semakin meningkat di negara tersebut. Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, telah menginstruksikan agar tindak lanjut yang tegas diambil terhadap mereka yang melakukan operasi tersebut. Individu yang terlibat dalam proses pembesaran payudara akan dihadapkan pada hukuman yang sangat berat, termasuk pengiriman ke kamp kerja paksa yang dikendalikan oleh rezim. Selain itu, petugas kesehatan juga diperintahkan untuk melakukan pemeriksaan fisik terhadap perempuan yang diduga telah menjalani prosedur implantasi.

Sumber dari Provinsi Hwanghae Utara, Korea Utara, mengungkapkan bahwa wanita atau dokter swasta yang tertangkap dapat diadili sesuai dengan hukum yang berlaku, termasuk hukuman pidana karena dituduh melanggar prinsip anti-sosialisme. Pemerintah Korea Utara mengaku bahwa permintaan operasi payudara, operasi kelopak mata, dan tato alis telah meningkat secara signifikan. Permintaan tersebut berasal dari wanita berusia 20 hingga 30 tahun yang diklaim telah terpengaruh oleh ideologi “borjuis” atau gaya hidup modern kelas menengah ke atas.

Pada pertengahan September 2025, sebuah sidang umum diadakan di mana seorang dokter dan dua wanita berusia 20-an tahun yang telah menjalani prosedur implantasi diadili. Mereka harus berdiri dengan kepala tertunduk selama berjam-jam di hadapan jaksa yang mengucapkan kritikan. Jaksa menuduh bahwa wanita-wanita tersebut telah terpengaruh oleh praktik-praktik “borjuis” dan telah melakukan tindakan yang dianggap kapitalis dan merusak. Selama sidang, jaksa membuka bukti pembelian silikon ilegal, peralatan medis, dan uang yang disita oleh Biro Keamanan Provinsi Hwanghae Utara.

Pemerintah Korea Utara mengecam keras tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap nilai-nilai sosialis yang dianut. Dalam suatu pernyataan, jaksa yang tidak disebutkan namanya menganggap bahwa wanita-wanita tersebut telah merosotkan prinsip-prinsip sosialis dengan menikkah dalam praktik-praktik modern yang mereka anggap “busuk”. Tindakan ini menunjukkan ketegasan rezim dalam mempertahankan kontrol atas aspek-aspek kehidupan masyarakat yang dianggap berbahaya bagi sistem politik yang ada.

Sementara itu, kasus ini juga mengungkapkan betapa kuat pengaruh budaya global terhadap masyarakat Korea Utara, bahkan dalam keadaan isolasi yang ketat. Permintaan akan operasi kosmetik menunjukkan adanya ketidakpuasan dengan standard keindahan yang dikukuhkan oleh negara dan keinginan untuk mengikuti tren global. Namun, pemerintah tetap berusaha menahan perubahan tersebut dengan hukuman yang sangat berat, menunjukkan betapa kritisnya situasi di negara tersebut.

Jika Anda pernah meragukan kemampuan rezim Korea Utara dalam mengendalikan setiap aspek kehidupan warga negara, kasus ini menjawabnya. Tindakan yang diambil tidak hanya mengenai estetika, tetapi juga tentang kontrol ideologi dan sosial. Dalam sesaat, wanita-wanita tersebut menjadi simbol perjuangan antara tradisi dan modernitas, sosialisme dan kapitalisme, di bawah rezim yang tidak suka dengan perubahan. Kejadian ini juga menunjukkan betapa pentingnya pendidikan dan kesadaran akan hak asasi manusia di seluruh dunia, khususnya dalam situasi yang sangat terisolasi seperti Korea Utara.

Dari sini, kita dapat melihat betapa kompleksnya perjuangan untuk kebebasan di negara-negara autoriter. Meskipun berusaha untuk menutupi kenyataan dengan propaganda, realitas terus menyisip dan mengungkap keinginan manusia yang tak terendahkan untuk meraih kebebasan dan keinginan untuk berubah.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan