Pencarian Pekerjaan Semakin Sulit, Masyarakat Beralih ke Pekerjaan Paruh Waktu

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di negara-negara seperti Indonesia dan China, anak muda mengalami kesulitan dalam mengembangkan karier. Akibatnya, tingkat partisipasi tenaga kerja, khususnya bagi perempuan, tetap rendah. Hal ini tercatat dalam laporan baru East Asia and the Pacific Economic Update edisi Oktober 2025. Perubahan ini dipengaruhi oleh munculnya kecerdasan buatan (AI) dan digitalisasi, yang mengubah struktur lapangan kerja dengan menghapus beobachtung pekerjaan sambil menciptakan yang baru.

Pekerja muda di Indonesia dan China menghadapi tingkat pengangguran yang menurut data hampir mencapai 15%. Situasi serupa terjadi di Mongolia, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Thailand. Akibatnya, banyak pekerja bergeser ke sektor informal, yang tidak bisa memberikan penghasilan yang memadai. Bank Dunia menekankan pentingnya pindah ke pekerjaan yang lebih produktif.

Sejak 2000-an, sebagian besar tenaga kerja bercampur dalam pekerjaan jasa berproduktivitas rendah, seperti ritel dan konstruksi. Sebelumnya, dari tahun 1970 hingga 1990, banyak yang beralih dari pertanian ke industri manufaktur dan jasa yang lebih produktif. Namun sekarang, pergerakan ini mengalami penurunan.

Maraknya pekerjaan informal bisa membuat kelas menengah rentan jatuh ke tingkat kemiskinan, yang akhirnya bisa menghambat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, meningkatkan produktivitas lapangan kerja menjadi apa yang diperlukan untuk mayoritas ekonomi di wilayah Asia Timur dan Pasifik, karena produktivitas masih di bawah rata-rata global.

Menghadapi tantangan ini, kita harus berfokus pada peningkatan keterampilan dan pengembangan pekerjaan yang lebih menjanjikan. Dengan demikian, generasi muda dan kelas menengah bisa lebih stabil dan berkontribusi positif pada perekonomian.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan