Negara Incar Harta Karun Dunia dengan Kuasa dan Pengelolaan yang Efisien

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Logam tanah jarang, yang juga dikenal sebagai rare earth, merupakan sumber daya mineral yang sangat berharga dan kritis. Bahlil Lahadalia, Menteri ESDM, menyatakan bahwa sumber daya ini hanya dapat dikelola oleh negara. Inisiatif ini didasarkan pada perintah langsung dari Presiden Prabowo Subianto, yang menginginkan pengendalian logam tanah jarang tetap berada dalam tangan negara.

Logam tanah jarang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sehingga Presiden memerintahkan agar pengelolaannya dilakukan oleh BUMN. Menurut Bahlil, Kementerian ESDM sedang memetakan dan menyusun rencana agar logam tanah jarang ini dikelola secara nasional. Pernyataan ini dia sampaikan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, pada Rabu tanggal 8 Oktober 2025.

Saat ditanya tentang besarnya potensi logam tanah jarang dan lokasi yang dapat dikelola, Bahlil menjawab bahwa seluruh inventarisasi masih dalam proses. Namun, dia menambahkan bahwa beberapa daerah seperti Bangka Belitung, Sulawesi, dan Maluku memiliki potensi yang signifikan, terutama Bangka Belitung yang dikenal sebagai produsen timah besar.

Data dari Kementerian ESDM menunjukkan bahwa pada tahun 2024, sumber daya logam tanah jarang di Indonesia dalam bentuk bijih mencapai 136,2 juta ton, sementara sumber daya dalam bentuk logam sebesar 118.650 ton. Informasi ini tercantum dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 228.K/MB.03/MEM.G/2025 tentang Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral dan Batubara Nasional Tahun 2025, yang ditetapkan pada 3 Juli 2025.

Dari total sumber daya tersebut, 128,8 juta ton merupakan logam tanah jarang dalam bentuk bijih tereka, dengan jumlah logam sebesar 114.236 ton. Sumber daya dalam bentuk bijih tertunjuk mencapai 5,4 juta ton dan logam sebesar 3.317 ton. Sementara itu, sumber daya dalam bentuk bijih terukur mencapai 1,82 juta ton dengan logam sebesar 1.097 ton. Untuk saat ini, masih belum ada data tentang cadangan logam tanah jarang baik dalam bentuk bijih maupun logam.

Logam tanah jarang menjadi komoditas strategis bagi berbagai industri, termasuk teknologi hijau dan industri pertahanan. Dengan potensi yang besar di Indonesia, pengelolaan yang baik akan menjadi kunci untuk mendukung pengembangan ekonomi nasional. Investasi dan teknologi yang tepat diperlukan agar sumber daya ini dapat dimanfaatkan secara optimal. Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi pemain utama dalam pasar global logam tanah jarang, tetapi harus diimbangi dengan regulasi yang ketat dan kerjasama antara pemerintah dan BUMN.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan