Kelas menengah di Indonesia saat ini menghadapi tantangan serius akibat kenaikan harga barang dan jasa. Hal ini ditambah dengan beban PPN, cicilan yang terus berjalan, dan kebutuhan mendadak yang sering muncul tanpa peringatan sebelumnya. Selama ini, gaji yang tetap menjadi beban berat bagi mereka. Bagaimana mereka bisa mengatasi masalah ini?
Tauhid Ahmad, ekonom senior dari Institute for Development Economics and Finance (INDEF), menjelaskan bahwa kelas menengah rentan terjebak utang ketika keuangan mereka sudah kewalahan. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk memprioritaskan pengeluaran berdasarkan pendapatan yang diterima.
Pinjaman online menjadi masalah karena sebagian besar digunakan untuk keperluan konsumtif, bukan investasi produktif. Hal ini membuat utang menjadi beban berat yang sulit untuk dilunasi. “Jika gaji hanya digunakan untuk membayar utang, maka siklus utang akan terus berlanjut,” ujar Tauhid kepada Thecuy.com, Senin (6/10/2025).
Oleh karena itu, Tauhid sarankan agar kelas menengah menghindari pinjaman untuk kebutuhan non-primer. Kalau harus meminjam, sebaiknya uangnya digunakan untuk kegiatan yang bisa meningkatkan penghasilan. Contohnya, cicilan kendaraan yang digunakan untuk ojek online lebih efektif dibandingkan membeli motor tambahan yang tidak diperlukan.
“Kebutuhan cicilan online untuk produk skincare, elektronik, atau alat rumah tangga justru tidak perlu,” tambah Tauhid. Penggunaan dana harus lebih bijak agar tidak terjerat utang yang tak berkesudahan.
Sementara itu, pemerintah dapat membantu dengan kebijakan yang mengurangi beban pengeluaran masyarakat. Salah satunya adalah insentif Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk pekerja dengan pendapatan di bawah Rp 10 juta. Namun, Tauhid berpendapat bahwa pengurangan pajak secara permanen akan lebih efektif.
Solusi terbaik untuk mengangkat taraf hidup kelas menengah adalah menaikkan upah minimum dan menjaga pekerja dari potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. “Peningkatan pendapatan secara berkelanjutan lebih penting daripada pengurangan pajak,” katanya.
Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif CELIOS, juga mengusulkan prinsip pengelolaan dana yang lebih cermat. “Kelas menengah harus menerapkan prinsip dua plus tiga: batasi pengeluaran tak perlu, hindari iklan paylater, dan baca syarat ketentuan pinjaman dengan teliti,” ujarnya. Selain itu, menabung, mencari pendapatan tambahan, dan menyewa rumah lebih baik daripada KPR.
Untuk pemerintah, langkah-langkah seperti menaikkan upah minimal, menaikkan PTKP di atas Rp 7 juta per bulan, dan menurunkan PPN dari 11% ke 8% bisa menjadi solusi.
Mengelola keuangan dengan bijak adalah kunci agar gaji tidak habis sebelum bulan berakhir.
Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.