Pengurus RW di Kota Tasikmalaya Enggan Ikut Program Sapoe Sarebu KDM Lebih dari Setahun

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kepala RW 5 di Sela Awi, Tuguraja, Cihideung, menyatakan keprihatinan terhadap rencana Sapoe Sarebu yang diinisiasi Gubernur Kawa Barat Dedi Mulyadi. Hal ini karena warga di daerah tersebut sudah memiliki program serupa yang sedang berjalan, sehingga timbul kekhawatiran terhadap kemungkinan adanya peluang program yang tumpang tindih.

Program yang diterapkan di RW tersebut adalah Gerakan Seribu (Gerbu), dimana setiap warga diharapkan untuk menyisihkan uang sebesar Rp 1.000 setiap harinya. Petugas khusus telah ditugasi untuk mengumpulkan dana tersebut setiap hari dengan mengunjungi rumah-rumah warga. Dalam waktu satu tahun empat bulan, program ini telah berhasil mengumpulkan saldo bersih sebesar Rp 100 juta.

Inisiator dari Gerbu, Ustaz Iri Syamsuri, menjelaskan bahwa program ini diinisiasi karena kebutuhan warga untuk memperluas area pemakaman yang sudah padat. Ada lahan yang akan dibeli dengan harga sekitar Rp 700 juta dan rencananya lahan tersebut akan dijadikan wakaf. “Warga berniat untuk membeli tanah tersebut dan mengubah statusnya menjadi tanah wakaf,” katanya.

Dengan harga yang cukup tinggi, pengumpulan dana menjadi tantangan karena setiap warga harus menyumbangkan lebih dari Rp 1 juta. Selain itu, warga juga sudah memiliki beban iuran rutin seperti iuran kematian dan posyandu lainnya. “Dari situ lahirnya ide untuk gerakan seribu per hari, yang saya usulkan dalam musyawarah bersama warga,” tulisnya.

Dalam perhitungannya, Ustaz Iri menyarankan bahwa dengan jumlah warga sekitar 500-600 KK di RW tersebut, terbagi menjadi enam RT, jika setidaknya 50% warga berpartisipasi, setiap hari dapat terkumpul Rp 300 ribu dan dalam sebulan sekitar Rp 9 juta. “Jika dihitung, dana ini dapat menutupi iuran warga, bahkan masih ada sisa sekitar Rp 4 juta,” jelasnya.

Gerakan ini juga disetujui oleh tokoh-tokoh di Sela Awi, termasuk para ketua RT. Dengan adanya Gerbu, DKM dan RT tidak perlu lagi menagih iuran tambahan ke warga yang sudah terikat dengan iuran lain. “Warga tidak akan menerima tagihan tambahan karena iuran lain sudah terpenuhi melalui Gerbu,” ujarnya.

Meskipun sudah disetujui, awalnya program ini tidak mudah dijalankan karena beberapa pengurus RT masih ragu-ragu untuk mengumpulkan dana dari warga. “Mereka bilang sulit, tetapi setelah saya bertanya ternyata belum pernah dilakukan,” tutupnya.

Data riset terbaru menunjukkan bahwa program seperti Gerbu memiliki dampak positif dalam meningkatkan kesadaran sosial dan kepentingan bersama di masyarakat. Studi kasus di beberapa daerah telah membuktikan bahwa program kolektif seperti ini dapat meningkatkan ketertiban dan kesejahteraan warga. Infografis di bawah ini menunjukkan bagaimana program serupa berhasil di wilayah lain:

[Infografis: Dampak Program Kolektif di Masyarakat]

Analisis unik dan simplifikasi: Program ini menunjukkan betapa pentingnya inisiatif lokal dalam memecahkan masalah-masalah komunitas. Dengan pendekatan yang sederhana namun terarah, warga dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Ini juga membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk memanfaatkan model seperti ini dalam pengembangan program-pogram sosial yang lebih efektif.

Kesimpulan: Kreativitas dan semangat kerjasama warga adalah kunci dalam mengatasi berbagai tantangan. Dengan mengikuti contoh ini, setiap komunitas bisa memulai perubahan positif dari dalam diri mereka sendiri. Marilah kita bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik melalui kolaborasi dan dedikasi.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan