Obat Batuk Sirup Berbahaya Ditemukan Terkontaminasi Dietilen Glikol di India

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di Indonesia, otoritas kesehatan India telah mengkonfirmasi adanya kontaminasi dietilen glikol (DEG) dalam sirup batuk brand ‘Coldrif’ yang melampaui batas aman. Kasus ini telah mengakibatkan setidaknya 16 kematian anak.

Menurut laporan yang disiarkan NDTV, Senin (6/10/2025), sampel produk tersebut terkonfirmasi mengandung DEG dalam jumlah yang berbahaya. Hasil uji laboratorium pemerintah di Chennai menunjukkan kadar DEG yang sangat tinggi dalam produk tersebut, yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan sistem saraf jika dikonsumsi.

Dietilen glikol (DEG) merupakan pelarut industri yang digunakan dalam berbagai produk seperti cairan antibeku, cat, minyak rem, dan plastik. Bahan ini tidak pernah dimaksudkan untuk digunakan dalam obat-obatan. Kontaminasi sering terjadi karena pengawasan yang lemah atau penggunaan bahan industri yang lebih murah sebagai pengganti bahan farmasi yang legit. Karena DEG tidak berwarna dan memiliki tekstur seperti sirup, bayang-bayangnya dapat disalahartikan sebagai eksipien obat yang aman jika pengujian laboratorium tidak dilakukan dengan teliti.

Ketika masuk ke dalam tubuh, baik DEG maupun etilen glikol (EG) akan terurai menjadi senyawa toksik yang merusak ginjal, hati, dan sistem saraf. Gejala awal pada anak-anak biasanya dimulai dengan mual, nyeri perut, dan penurunan frekuensi buang air kecil. Dalam kasus yang berat, kondisi ini dapat berkembang menjadi gagal ginjal akut, kejang, dan kematian. Anak-anak lebih rentan terhadap bahaya ini karena bahkan dalam dosis kecil yang relatif terhadap berat badan mereka dapat menjadi fatal.

Insiden serupa telah terjadi di Gambia pada tahun 2022, di mana setidaknya 70 anak meninggal setelah mengonsumsi sirup batuk yang terkontaminasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah berulang kali mengeluarkan peringatan tentang bahaya sirup obat batuk yang tercemar DEG dan EG, yang dikaitkan dengan lebih dari 300 kematian anak di seluruh dunia sejak tahun 2022. Untuk membantu regulator, WHO telah mengembangkan metode pengujian dua tingkat baru, termasuk kromatografi lapis tipis (TLC) untuk skrining awal, diikuti oleh kromatografi gas untuk konfirmasi.

Kontaminasi obat yang tidak sah menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, terutama bagi anak-anak yang lebih rentan. Kasus ini mengingatkan kita akan pentingnya pengawasan ketat dan pengujian produk obat agar tidak terjadi tragedi yang dapat dicegah. Keteguhan standar keamanan obat harus menjadi prioritas agar setiap produk farmasi yang mencapai pasien memenuhi standar kualitas dan keamanan yang tinggi.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan