Korban Selamat dari Kebakaran Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Melampaui 100 Orang

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Sekitar 104 orang berhasil selamat setelah bangunan Ponpes Al Khoziny runtuh. Data ini telah diperbarui oleh Basarnas Surabaya berdasarkan laporan dari wali santri pada Jumat (3/10/2025). Salah satu santri berhasil lolos ketika bangunan ambruk, tetapi kemudian diraporthilang karena tidak menghubungi orang tuanya.

Kepala Basarnas Surabaya, Nanang Sigit, menjelaskan bahwa santri tersebut lari menuju rumah temannya setelah bangunan runtuh. Orang tuanya kemudian datang ke lokasi karena khawatir anaknya tertimbun reruntuhan. Namun, pada Jumat (3/10), santri itu tiba dan bertemu dengan orang tuanya di ponpes, sehingga data selamat diperbarui.

Hingga Jumat malam pukul 21:00 WIB, jumlah korban meninggal telah mencapai 14 orang. Pencarian masih berlangsung dengan menggunakan alat berat untuk membuka akses ke reruntuhan, tetapi penggunaan alat ini diawasi agar tidak menimbulkan bahaya bagi korban yang mungkin masih tertimbun.

Tim telah membongkar sekitar 60 persen material bangunan, tetapi tujuan utama bukan merobohkan seluruh struktur, melainkan mempercepat evakuasi. Jika ada tanda-tanda keberadaan korban, proses pembongkaran segera dihentikan untuk melakukan evakuasi. Ekskavator hanya digunakan untuk membuka jalur, dan setiap sektor dilengkapi petugas keselamatan untuk memantau situasi.

Hingga saat ini, masih ada laporan tentang 49 orang yang belum diketahui keberadaannya. Namun, angka ini belum pasti akurat karena sebagian korban mungkin tertulis hilang padahal masih selamat. Operasi pencarian akan berlangsung selama tujuh hari, tetapi dapat diperpanjang jika ada tanda-tanda keberadaan korban lainnya.

Penelitian terkini menunjukkan bahwa penanganan bencana seperti ini memerlukan koordinasi yang tepat antara penggunaan teknologi dan keahlian tim penyelamat. Studi kasus sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan alat berat dengan bijak dapat meningkatkan efisiensi pencarian tanpa menimbulkan risiko tambahan.

Dalam kasus ini, pendekatan yang digunakan menunjukkan pentingnya pengawasan dan strategi yang jelas untuk memastikan keselamatan semua korban. Hal ini juga mengingatkan kita tentang kewajiban untuk mengevaluasi kondisi bangunan dan implementasi standar keselamatan yang lebih kencang.

Jika kita bisa belajar dari peristiwa ini, maka kesiapsiagaan dan pelatihan berkala akan menjadi kunci untuk menghadapi bencana di masa depan. Setiap langkah yang diambil saat ini tidak hanya tentang menyelamatkan korban, tetapi juga tentang memastikan bahwa kesalahan serupa tidak terjadi lagi.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan