Dokter Memastikan Korban Selamat dari Amputasi Pasca Runtuhnya Pondok Pesantren Al Khoziny

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Haikal, seorang santri berusia 13 tahun yang berhasil selamat dari bencana runtuhnya Pondok Pesantren Al Khoziny, harus menjalani amputasi kaki kirinya untuk menyelamatkan nyawanya. Prosedur medis tersebut dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah R.T. Notopuro Sidoarjo pada Sabtu (4/10) pukul 00.30 WIB, setelah tim medis menilai kondisinya sudah kritis dan memerlukan tindakan segera.

Dokter spesialis ortopedi dan traumatologi dari RSUD R.T. Notopuro, dr. Larona Hydravianto, menjelaskan bahwa amputasi menjadi pilihan terbaik karena kaki Haikal sudah mengalami kondisi yang dikenal sebagai “dead limb”. Ini berarti aliran darah ke tungkai bawahnya sudah terputus, sehingga tidak lagi menerima pasokan oksigen dan nutrisi. Gejala lainnya yang ditunjukkan oleh Haikal termasuk jari-jari yang membiru, kulit yang keriput, dan tidak bisa digerakkan. Hasil pemeriksaan USG Doppler juga menguatkan diagnosis tersebut.

Kondisi ini ditandai dengan kulit yang membeku, munculnya gelembung-gelembung air, dan perasaan dingin pada kaki. Selain itu, Haikal juga mengalami sepsis, yaitu infeksi sistemik yang dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani. Kedua faktor ini menjadi alasan utama untuk melakukan amputasi secepat mungkin.

Menurut data terbaru dari World Health Organization (WHO), kasus amputasi akibat bencana alam seperti runtuhnya bangunan semakin meningkat di berbagai negara, terutama di daerah dengan infrastruktur gepeng yang kurang memadai. Studi menunjukkan bahwa dalam situasi darurat medis seperti ini, tindakan cepat dapat meningkatkan peluang selamat korban hingga 40%. Hal ini menguatkan keputusan dokter untuk segera melakukan amputasi pada Haikal.

Dalam kasus lainnya, sebuah penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa pemulihan pasien yang menjalani amputasi karena kecelakaan atau bencana dapat ditingkatkan dengan pendekatan terapi fisik dan dukungan psikologis. Hal ini penting untuk membantu pasien seperti Haikal dalam menghadapi tantangan fisik dan emosional di masa depan. Infografis yang dibuat oleh tim peneliti menunjukkan bahwa dukungan keluarga dan komunitas sangat berpengaruh pada proses pemulihan pasien.

Bencana runtuhnya Pondok Pesantren Al Khoziny bukan hanya mengubah hidup Haikal, tetapi juga mengingatkan kita semua tentang pentingnya kesadaran akan keselamatan bangunan dan persiapan darurat. Setiap orang harus sadar akan risiko yang ada dan siap bertindak untuk melindungi diri dan orang lain. Dalam kasus Haikal, keputusan cepat dan profesional dari tim medis menjadi faktor kunci dalam menyelamatkan nyawanya. Mari semuanya belajar dari pengalaman ini dan terus berkomitmen untuk membuat dunia lebih aman bagi generasi mendatang.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan