Tiga Jenazah Tambahan Ditemukan, Jumlah Korban Ponpes Runtuh Sidoarjo Meninggal Naik ke 13

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di wilayah Jakarta, jumlah korban tewas akibat runtuhnya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo terus mengalami peningkatan. Tim gabungan telah menemukan tiga mayat tambahan pada hari keempat upaya penyelamatan, sehingga total korban jiwa telah mencapai 13 orang.

Menurut laporan detikJatim pada hari Jumat, 3 Oktober 2025, selama proses evakuasi hari keempat, delapan jenazah telah ditemukan dan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara HS Samsoeri Mertojoso di Surabaya. Di lokasi kejadian, kantong jenazah kedelapan tiba pada pukul 18.03 WIB, kantong ketujuh pada 17.49 WIB, dan kantong keenam tiba tiga menit sebelumnya pada pukul 17.46 WIB.

Hingga petang hari, jumlah korban meninggal akibat runtuhnya bangunan pesantren tersebut telah dikonfirmasi sebagai 13 orang. Sementara total yang berhasil dievakuasi adalah 116 orang, di mana 103 di antaranya selamat. Sebelumnya, kantong jenazah kelima tiba pada pukul 14.27 WIB, keempat pada 12.02 WIB, ketiga pada 10.40 WIB, dan dua jenazah pertama tiba bersamaan pada pukul 08.30 WIB.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, hadir saat kantong jenazah keenam dan ketujuh tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya. Wajahnya terlihat berisi rasa sedih saat melihat jenazah diturunkan dari ambulans. “Ya Allah,” katanya saat jenazah melintas di depannya pada hari Jumat, 3 Oktober.

Data riset terbaru menunjukkan bahwa insiden runtuhnya bangunan pendidikan, terutama di daerah berisi pesantren, sering terkait dengan kualitas konstruksi yang kurang memadai dan pengecekan regulasi yang lemah. Studi kasus di beberapa wilayah menunjukkan bahwa penerapan standar bangunan tidak selalu diikuti ketat, terutama di daerah pedalaman atau tempat terpencil.

Analisis unik dan simplifikasi: Insiden ini mengingatkan kita bahwa kesiapan bencana dan pemantauan kualitas konstruksi harus menjadi prioritas. Kejadian seperti ini tidak hanya mengakibatkan kerugian jiwa besar, tetapi juga mempengaruhi stabilitas sosial dan psikologis masyarakat sekitar.

Dalam upaya pencegahan, pemerintah harus memastikan pelaksanaan standar konstruksi dan konservasi bangunan yang lebih ketat, terutama di wilayah berkonsentrasi pendidikan. Komunitas juga perlu lebih aktif dalam memberikan laporan jika menyadari adanya bangunan yang rentan terhadap kerusakan.

Kesimpulan: Setiap nyawa yang hilang dalam bencana seperti ini harus menjadi pelajaran bagi kita semua. Mariana untuk memperkuat kerjasama antara pemerintah, komunitas, dan ahli teknik sipil agar insiden serupa dapat dicegah di masa depan. Keberanian untuk bertindak sekarang adalah kunci dalam membangun masa depan yang lebih aman bagi generasi mendatang.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan