Taiwan Menolak Permintaan untuk Pindah Setengah Produksi Chip ke Amerika Serikat

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Taiwan menolak permintaan Amerika Serikat untuk memindahkan setengah produksi chip ke Amerika. Wakil Perdana Menteri Taiwan, Cheng Li-chiun, menegaskan hal ini pada saat menjelaskan posisinya dalam negosiasi dengan AS. Menurutnya, produk semikonduktor tersebut memiliki peranan strategis yang dapat meliputi elektronika, iPhone, kecerdasan buatan, dan sistem persenjataan modern.

“Kami tidak pernah berkomitmen untuk membagi produksi chip secara merata, jadi tidak perlu khawatir,” ujar Cheng, seperti dikutip dari CNN, pada Sabtu (4/10/2025). Produksi chip dijadikan sebagai perisai Taiwan dalam menghadapi potensi invasi dari China, sekaligus sebagai faktor dukungan keamanan internasional. Selain itu, pihak oposisi juga mengkritik usulan AS tersebut.

Amerika Serikat semakin khawatir terhadap ketergantungan mereka pada chip buatan Taiwan. TSMC, raksasa produksi chip asal Taiwan, merupakan pemasok utama semikonduktor canggih di dunia untuk perusahaan besar seperti Nvidia dan Apple. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, sebelumnya meminta Taiwan untuk membagi produksi chip secara merata antara pusat produksi domestik dan AS. Permintaan ini menjadi sumber ketegangan baru dalam perundingan perdagangan antara kedua negara.

Dalam wawancara dengan NewsNation, Lutnick menjelaskan konsep perisai, yang menurutnya AS membutuhkan setengah dari produksi chip Taiwan untuk melindungi kepentingan Taiwan. “Jika Anda memiliki 95 persen, bagaimana saya bisa mengambilnya untuk melindungi Anda? Apa yang akan Anda lakukan, memasang di pesawat atau kapal? Jika kami memiliki setengahnya, kami memiliki kemampuan untuk mengambil tindakan yang diperlukan jika ada keperluan,” ujarnya, merujuk pada persentase kasar produksi chip canggih global yang berada di Taiwan.

Di sisi lain, pemerintah Taiwan menolak gagasan tersebut karena tidak termasuk dalam putaran terakhir negosiasi bilateral. TSMC, salah satu perusahaan terkemuka dalam produksi chip, tidak terlibat dalam diskusi tersebut. Sementara itu, Hsu Yu-chen, legislator dari partai oposisi Kuomintang (KMT), mengkritik tuntutan AS sebagai upaya perampasan alih-alih kerja sama. Ia meminta pemerintah untuk menolak permintaan tersebut, menyalahkan AS karena merampas keuntungan industri Taiwan.

“Jika AS memaksa pembagian kapasitas produksi TSMC yang paling canggih, perisai akan lemah, dan pengaruh strategis Taiwan akan hilang. Taiwan membutuhkan sekutu, tetapi bukan sekutu yang hanya memikirkan keamanan mereka sendiri sambil mengabaikan kelangsungan hidup Taiwan,” ujarnya dalam pernyataan.

Pada hari Rabu, pemerintah Taiwan mengatakan bahwa putaran kelima negosiasi perdagangan yang baru saja selesai di AS telah mencapai kemajuan. Pejabat berusaha untuk mengurangi tarif AS pada produk Taiwan dari 20 persen saat ini. Namun, tuntutan-tuntutan tambahan dari AS semakin membebani hubungan dengan Taiwan.

Sejak 2020, TSMC merespon tuntutan AS dengan investasi sebesar US$ 12 miliar untuk membangun fasilitas produksi chip canggih di Phoenix. Awal tahun ini, mereka meningkatkan investasi menjadi US$ 165 miliar dengan tambahan pabrik. Langkah ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat Taiwan, yang merasa AS menggunakan tekanan politik untuk merampas industri chip dan daya saing mereka.

Sejumlah ahli percaya bahwa investasi besar dan pergeseran kapasitas ke AS akan melemahkan ekosistem produksi chip Taiwan, meskipun ada manfaat jangka pendek seperti penurunan tarif ekspor ke AS. Masyarakat Taiwan semakin khawatir dengan upaya AS untuk mengendalikan industri strategis mereka.

Tidak hanya itu, ada juga beberapa studi kasus yang menunjukkan dampak negatif dari pindah produksi semacam ini. Misalnya, dalam kasus perusahaan-elektronik di Eropa, pindah produksi ke luar negeri menyebabkan kehilangan teknologi inti dan kerugian ekonomi yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa Taiwan memiliki alasan yang kuat untuk menjaga kemandirian industri chipnya.

Dalam konteks global, persaingan industri chip semakin intens, dengan China dan AS berusaha untuk menguasai pasar. Taiwan, yang memegang posisi kunci dalam rantai pasokan chip, harus menjaga keseimbangan strategis. Pemerintahan dan masyarakat harus bersatu dalam menghadapi tekanan luar, sambil mengamankan posisinya sebagai pemimpin industri semikonduktor.

Tak hanya soal geopolitik, industri chip juga memainkan peran penting dalam kemajuan teknologi masa depan. AI, internet of things, dan sistem kecerdasan buatan seluruhnya bergantung pada chip canggih. Oleh karena itu, Taiwan harus tetap fokus pada inovasi dan pengembangan teknologi sendiri, agar tidak hanya menjadi pasok untuk negara lain, tetapi juga menjadi pemimpin dalam era digital.

Dengan begitu, Taiwan dapat memastikan stabilitas ekonomi dan keamanan nasional, sambil tetap menjadi pemain utama dalam industri global chip. Bagaimana pandangan Anda tentang permasalahan ini? Apakah Taiwan harus lebih fleksibel atau tetap teguh dalam menolak tuntutan AS?

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan