Taiwan Menolak Permintaan untuk Memindahkan Setengah Produksi Chip ke Amerika Serikat

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Taiwan menolak usulan Amerika Serikat (AS) untuk memindahkan setengah produksi chip ke Negara Paman Sam. Wakil Perdana Menteri Taiwan, Cheng Li-chiun, menyatakan bahwa pemerintah setempat tidak akan memenuhi permintaan tersebut. Chip semikonduktor memang memiliki peranan penting dalam industri elektronik, perangkat pintar seperti iPhone, teknologi kecerdasan buatan, dan sistem persenjataan. Cheng menyampaikan bahwa tim negosiasi Taiwan tidak pernah setuju untuk membagi produksi chip secara merata. Dengan demikian, warga dapat tenang karena tidak ada komitmen seperti itu.

Produksi chip menjadi aset strategis bagi Taiwan. Pemerintah setempat mempertimbangkan kemampuan produksi chip sebagai perisai untuk menghadapi potensi invasi dari China dan mengukuhkan dukungan internasional terhadap keamanan. Selain keputusan pemerintah, pejabat dan pakar dari partai oposisi juga mengkritik permintaan AS.

Sementara itu, AS semakin khawatir terhadap ketergantungannya pada chip dari Taiwan. TSMC, salah satu raksasa industri chip dari Taiwan, merupakan pemasok utama semikonduktor canggih untuk perusahaan seperti Nvidia dan Apple. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, sebelumnya telah meminta Taiwan untuk membagi produksi chip mereka secara merata antara fasilitas domestik dan Amerika Serikat. Permintaan itu menambah ketegangan dalam perundingan perdagangan antara kedua negara.

Dalam wawancara dengan NewsNation, Lutnick menjelaskan konsep perisai. Ia berpendapat bahwa AS membutuhkan 50% dari produksi chip domestik untuk melindungi Taiwan. “Lebih dari 95% chip canggih global diproduksi di Taiwan. Bagaimana AS bisa mendapatkan chip untuk melindungi Anda? Jika kami memiliki setengahnya, kami memiliki kapasitas untuk melakukan apa yang diperlukan,” ujarnya. Lutnick juga menyebutkan bahwa Pemerintah Trump awalnya memiliki rencana untuk meningkatkan pangsa pasar chip buatan AS hingga 40% atau bahkan 50%.

Meskipun demikian, Cheng menanggapi bahwa gagasan pembagian produksi chip tidak pernah menjadi poin pembahasan dalam negosiasi bilateral terakhir. Tidak diketahui apakah TSMC terlibat dalam diskusi tersebut. TSMC pun menolak untuk memberikan komentar. Pada hari Senin, legislator dari partai oposisi Kuomintang (KMT), Hsu Yu-chen, mengkritik tuntutan AS sebagai bentuk pencurian alih-alih kerja sama. Ia mendesak pemerintah untuk menolak permintaan yang dianggap sebagai pengkhianatan. “Jika AS memaksakan pembagian kapasitas produksi TSMC yang paling canggih, perisai akan melemah, dan pengaruh keamanan strategis Taiwan akan hilang,” ujarnya.

Pada hari Rabu, pemerintah Taiwan menyatakan bahwa putaran kelima negosiasi perdagangan dengan AS telah mencapai kemajuan. Pejabat berharap tarif ekspor barang-barang Taiwan ke AS dapat diturunkan dari 20% saat ini. Namun, tuntutan-tuntutan AS yang terus bertambah menambah beban pada hubungan kedua negara. Situasi ini juga berisiko menguatkan sentimen anti-AS di kalangan masyarakat Taiwan.

Pada 2020, TSMC menanggapi tuntutan AS dengan mengumumkan investasi sebesar US$ 12 miliar untuk membangun fasilitas produksi chip canggih di Phoenix. Awal tahun ini, perusahaan membangun investasi hingga US$ 165 miliar dengan penambahan pabrik-pabrik baru. Langkah ini membuat masyarakat Taiwan cemas, karena sebagian orang merasa AS menggunakan tekanan politik untuk merampas industri yang menjadi kebanggaan Taiwan.

Para pakar menyimpulkan bahwa investasi besar dan pergeseran produksi chip ke AS akan mempengaruhi ekosistem industri di Taiwan. Meskipun ada manfaat jangka pendek seperti tarif ekspor yang lebih rendah, kemungkinan besar Taiwan akan kehilangan posisinya sebagai pemimpin industri chip. Permintaan AS untuk membagi produksi chip juga mengingatkan masyarakat Taiwan bahwa kepentingan strategis negara bisa menjadi korban dalam perundingan internasional.

Bagi Taiwan, chip semikonduktor bukan hanya sekedar produk industri, tetapi juga simbol kemampuan teknologi dan daya saing global. Pemerintah dan masyarakat harus tetap waspada terhadap tekanan luar yang bisa mengancam stabilitas dan identitas industri setempat. Tanpa kejelasan pada perundingan, Taiwan perlu mempertimbangkan strategi yang lebih baik untuk menjaga kepentingan nasional di tengah persaingan global.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan