Proses pengenalan mayat korban runtuhnya musala di Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, masih berjalan. Tim Identifikasi Korban Bencana (DVI) telah mengumpulkan contoh DNA dari sembilan jenazah dan mengirimkannya ke Jakarta untuk diuji di Laboratorium DNA di Cipinang, Jakarta Timur.
“Kami telah mengambil sampel DNA dari sembilan jenazah di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya, dan sampel DNA dari orang tua pendamping sudah dibawa ke Jakarta pagi ini,” ujar Kompol Naf’an, Kaur Kes Kamtibmas Subdit Dokpol Biddokes Polda Jatim, saat konferensi pers di Jawa Timur, Sabtu (4/10/2025).
Berikut rangkuman tentang tugas tim DVI menurut ketentuan Interpol.
Identifikasi Korban Bencana (DVI) adalah metode untuk mengidentifikasi korban insiden yang menimbulkan banyak kematian, baik akibat manusia maupun alam. Pengenalan visual jarang berhasil digunakan dalam bencana besar. Umumnya, sidik jari, catatan gigi, atau sampel DNA diperlukan untuk hasil yang pasti.
Program DVI Interpol didukung oleh tim ahli forensik dan kepolisian yang bertemu dua kali setahun untuk membahas peningkatan protokol DVI. Kelompok ini menerbitkan Panduan Identifikasi Korban Bencana, standar global yang pertama kali diterbitkan tahun 1984 dan diperbarui terakhir tahun 2023.
Tim DVI dapat dikerahkan dalam bencana terbuka, tertutup, atau gabungan keduanya. Bencana terbuka adalah insiden dengan jumlah korban tidak diketahui, seperti gempa atau serangan teroris. Bencana tertutup adalah kejadian dengan jumlah korban yang pasti, seperti kecelakaan pesawat. Bencana gabungan adalah gabungan keduanya, misalnya pesawat jatuh di kawasan pemukiman.
Proses identifikasi meliputi empat tahap. Pertama, pemeriksaan lokasi kejadian yang bisa berhari-hari atau berminggu-minggu. Kedua, pengambilan data post-mortem seperti sidik jari, odontologi, DNA, dan indikasi fisik unik. Ketiga, pengambilan data ante-mortem dari keluarga korban. Keempat, perbandingan data PM dan AM untuk identifikasi pasti. Identifikasi hanya valid jika data DNA, odontologi, atau sidik jari sama 100%.
Selama proses, tim harus menjaga kehormatan jenazah dan transparansi informasi. Durasi identifikasi bergantung pada banyak faktor dan harus sesuai standar Interpol.
Tim DVI di Indonesia dibentuk sejak 1999 oleh Kementerian Kesehatan dan Kepolisian RI. Mereka terdiri dari dokter forensik, dokter gigi, ahli antropologi, dan fotografer.
Proses identifikasi korban bencana memerlukan ketelitian dan kesabaran. Setiap langkah dilakukan dengan hormat terhadap korban dan keluarga. Dengan teknologi modern dan kerja sama antar instansi, identifikasi semakin akurat. Peran DVI tidak hanya dalam identifikasi, tetapi juga memberikan penutup yang layak bagi keluarga yang berduka.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.