Pengadilan India Mengeluarkan Perintah agar Dokter Perbaiki Tulis Tulisan Cakar Ayam

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di Jakarta, saat kebanyakan orang memanfaatkan perangkat elektronik untuk menulis, tulisan tangan masih dianggap penting, terutama bagi dokter. Tampaknya, gawai elektronik belum bisa menggantikan kebutuhan tulisan tangan dalam konteks medis.

Tulisan dokter yang kacau dan hanya bisa dipahami oleh apoteker telah menjadi lelucon lazim di India, bahkan di seluruh dunia. Namun, pengadilan India baru-baru ini mengeluarkan perintah yang menegaskan bahwa resep medis yang dapat dibaca adalah hak asasi, karena dapat mempengaruhi kehidupan pasien.

Dalam kasus tertentu, seorang wanita menuduh seorang pria telah menipunya dengan menjanjikan pekerjaan pemerintahan, lalu mengeksploitasinya secara seksual. Pria tersebut membantah tuduhan itu dan mengatakan hubungan mereka bersifat suka sama suka. Dalam persidangan, salah satu bukti yang diajukan adalah laporan medis dari seorang dokter pemerintah. Hakim Jasgurpreet Singh Puri menyatakan kesulitan membaca laporan medis tersebut karena tidak jelas.

Menurut Hakim Puri, hal tersebut sangat mengganggu, karena tidak ada kata atau huruf pun yang dapat dibaca. BBC telah melihat salinan putusan pengadilan yang melampirkan laporan medis serta resep dua halaman berisi tulisan dokter yang tak mengesankan.

Dalam era teknologi dan komputer yang mudah diakses, mengejutkan bagaimana dokter pemerintah masih menuliskan resep dengan tulisan tangan yang tak terbaca. Hakim Puri menambahkan bahwa hanya ahli kimia yang mungkin dapat memahami tulisan tersebut. Pengadilan juga meminta pemerintah untuk memasukkan pelajaran menulis tangan dalam kurikulum kuliah kedokteran dan menetapkan jangka waktu dua tahun untuk mengimplementasikan resep digital.

Dr. Dilip Bhanushali, presiden Asosiasi Medis India, menyatakan bahwa mereka siap menemukan solusi untuk masalah ini. Di kota besar, katanya, banyak dokter sudah menggunakan resep digital. Namun, di daerah pedesaan dan kota kecil, sulit untuk mendapatkan resep yang jelas. Dokter sering sibuk, terutama di rumah sakit pemerintah yang padat.

Para ahli mendeskripsikan bahwa masalah ini bukan hanya tentang estetika, melainkan tentang potensi kesalahan medis yang dapat berakibat serius bahkan tragis. Di Amerika Serikat, laporan Institute of Medicine pada 1999 menunjukkan bahwa sekitar 44.000 kematian setiap tahunnya akibat kesalahan medis, termasuk 7.000 karena tulisan tangan yang buruk. Di Skotlandia, terdapat kasus seorang wanita yang menerima krim disfungsi ereksi untuk mengatasi mata kering.

Di India, meskipun tidak ada data yang kuat tentang bahaya tulisan tangan buruk, tetap ada banyak kasus kesalahan pembacaan resep yang menyebabkan keadaan darurat kesehatan dan kematian. Chilukuri Paramathama, seorang apoteker di Kota Nalgonda, Telangana, pernah mengajukan petisi ke Pengadilan Tinggi Hyderabad setelah berita tentang seorang anak yang meninggal akibat kesalahan suntik. Kampanye tersebut berbuah dengan perintah Dewan Medis India pada 2016 agar dokter menggunakan nama generik dengan jelas.

Meski begitu, hampir satu dekade kemudian, apoteker masih menerima resep yang tidak terbaca. Ravindra Khandelwal, CEO Dhanwantary di Kolkata, mengakui bahwa stafnya mampu mengartikan sebagian besar resep, tetapi terkadang harus menghubungi dokter untuk memastikan obat yang tepat.

Tulisan tangan dokter mungkin masih relevan, tetapi dalam konteks medis, kelancaran dan kejelasan menjadi prioritas utama. Di masa teknologi modern, dengan resep digital yang semakin populer, mungkin waktu telah tiba untuk dokter mengadopsi praktik yang lebih aman dan terstruktur. Jika tidak, kesalahan medis akibat tulisan tangan yang buruk terus berpotensi membahayakan nyawa pasien.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan