Pasokan Air Berhasil Dipulihkan di Gaza Tengah Setelah Terputus 9 Bulan Akibat Serangan Israel

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Otoritas air di Palestina, yang berkantor pusat di Ramallah, melaporkan bahwa pasar air bersih akan kembali dialirkan ke kawasan tengah Gaza. Kerusakan yang terjadi di jaringan penyediaan air akibat serangan Israel telah memotong akses air selama lebih dari sembilan bulan berikutnya.

Menurut AFP, pada periode Jumat (3/10/2025), pihak berwenang menyatakan bahwa selama uji coba, timnya berhasil memulihkan aliran air ke berbagai komunitas yang terhubung ke jaringan distribusi utama. Ini mencakup sekitar satu juta penduduk atau pengungsi yang bermukim atau mencari perlindungan di Al-Maghazi, Al-Bureij, Nuseirat, dan Deir Al-Balah.

Keadaan saat ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Gaza telah melarikan diri dari rumah selama perang yang berkepanjangan selama hampir dua tahun. Hal ini mengakibatkan kepadatan penduduk yang semakin tinggi di bagian tengah Gaza, yang relatif lebih aman dari serangan udara.

Pemulihan pipa utama air di wilayah tersebut tidak terjadi dengan mudah karena aktivitas militer dan kehadiran pasukan Israel. Proses ini memerlukan koordinasi erat dengan pihak berwenang di Israel.

Sumber utama air yang dipasok oleh Mekorot, perusahaan milik negara Israel, menyuplai sekitar 22 persen kebutuhan air di Gaza dan Tepi Barat. Sedangkan biaya operasi tersebut ditanggung oleh Otoritas Palestina yang berkantor pusat di Ramallah.

Meskipun Hamas merebut kendali atas Jalur Gaza sejak 2007, Otoritas Palestina masih bertanggung jawab atas sebagian fungsi administratif di wilayah tersebut.

Salah satu sumber dari PBB menggambarkan upaya pemulihan jaringan air di Gaza mirip dengan tugas Sisifus, tokoh mitologi Yunani yang dianugerahi tugas menggelindingkan batu besar ke puncak bukit, hanya untuk melihat batu tersebut kembali tergelincir. “Kita memperbaiki, namun tidak tahu kapan kembali rusak,” ungkap sumber tersebut.

Pemulihan jaringan distribusi air di Gaza tengah tidak akan menyelesaikan masalah secara keseluruhan, sebab sumber-sumber kemanusiaan memperkirakan 80 persen sistem distribusi telah rusak, dengan kerap terjadi kebocoran. Perang telah memparahkan krisis air yang sudah ada sebelumnya di wilayah ini. Air yang dipompa dari akuifer yang terus menipis sering kali menjadi payau dan tidak cocok untuk dikonsumsi manusia.

WASH Cluster, kelompok yang dipimpin PBB dan berfokus pada masalah air dan kebersihan di Gaza, melaporkan bahwa sebagian besar pipa air telah hancur akibat serangan militer. Banyak warga Gaza yang tinggal di bawah serangan udara atau di kamp pengungsian tidak memiliki tempat penyimpanan air. Bagi mereka yang mengungsi ke tempat penampungan di dekat pantai Gaza, satu-satunya sumber air sering berasal dari lokasi distribusi sementara yang didirikan oleh organisasi kemanusiaan atau truk air.

Data Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan jumlah korban jiwa akibat serangan Israel telah mencapai 66.288 jiwa. Angka ini dianggap tepat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Keadaan di Gaza saat ini menunjukkan krisis air yang mendalam, di mana setiap upaya pemulihan jaringan infrastruktur seringkali dihancurkan kembali. Hal ini memaksa penduduk untuk bergantung pada bantuan kemanusiaan yang sering kali tidak mencukupi. Situasi ini juga mengungkapkan tantangan besar dalam menyediakan akses air yang layak di wilayah yang dilanda perang. Meskipun adanya usaha pemulihan, krisis air di Gaza tetap menjadi masalah yang memerlukan solusi jangka panjang dan dukungan internasional yang berkelanjutan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan