Belanda telah setuju untuk mengembalikan 30.000 artefak ke Indonesia, di antaranya 28.000 buah merupakan bagian dari koleksi important Pishecanthropus Erectus atau yang lebih dikenal sebagai Manusia Jawa. Temuan ini, yang ditemukan oleh Eugène Dubois pada akhir abad ke-19, memiliki sejarah yang rumit yang terkait dengan era kolonial.
Komite Koleksi Kolonial Belanda telah merekomendasikan pengembalian semua koleksi tersebut karena diperoleh tanpa persetujuan masyarakat setempat dan dilakukan dengan paksaan. Hal ini dianggap tidak adil terhadap masyarakat lokal yang terkena dampak negatif.
Indonesia telah mengajukan permohonan pengembalian koleksi ini pada Juli 2022. Koleksi yang telah menempati Naturalis Biodiversity Center di Leiden, Belanda, selama ini, akhirnya akan dikembalikan ke tempat asalnya berdasarkan keputusan yang diumumkan setelah kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Belanda.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda, Gouke Moes, menyatakan dukungannya terhadap keputusan ini setelah menerima saran dari Komite Koleksi Kolonial. Ia menyatakan bahwa koleksi ini penting untuk penelitian ilmiah dan menjadi awal dari kolaborasi budaya dan ilmiah antar dua negara.
Selain koleksi Dubois, Belanda juga telah mengembalikan berbagai artefak bersejarah ke Indonesia, termasuk 472 benda tahun 2023 dan 356 benda tahun 2024 yang telah dipajang di Museum Nasional.
Eugène Dubois, seorang dokter Belanda, memulai penelitiannya di Indonesia untuk mencari bukti evolusi manusia. Dengan dukungan penuh dari otoritas kolonial, ia berhasil menemukan fosil-fosil penting di Jawa Tengah. Namun, metode penelitiannya yang eksploitatif dan kekerasan yang dilakukan terhadap masyarakat setempat telah menimbulkan trauma dan kerugian bagi mereka.
Laporan dari Institut NIOD menunjukkan bahwa penemuan fosil-fosil ini dilakukan dengan ancaman, pemaksaan, dan eksploitasi pekerja paksa. Pembukaan perkebunan di kawasan Priangan merupakan contoh lain dari sistem kerja paksa yang terjadi selama era kolonial.
Adieyatna Fajri, dosen Arkeologi UGM, menekankan bahwa pengembalian artefak ini bukan hanya tentang kepemilikan, tetapi juga tentang dekolonisasi narasi museum. Agar narasi kolonial yang lama dapat diungkap, museum di Indonesia sebaiknya menampilkan kisah trauma dan eksploitasi yang terjadi pada masa kolonial.
Fajri juga mengungkapkan perbedaan perspektif antara Indonesia dan Belanda terkait dengan pengembalian benda bersejarah. Sementara Belanda berusaha untuk dekolonisasi institusinya, Indonesia lebih berfokus pada nasionalisme.
Pada tahun 2024, Museum Nasional menggelar pameran yang masih mengikuti narasi kolonial, dengan memuji kontribusi Dubois tanpa menyentuh kisah trauma di balik penemuannya. Fajri menegaskan bahwa upaya dekolonisasi museum perlu dilakukan dengan mengubah narasi dan menonjolkan peran masyarakat lokal.
Koleksi Dubois telah melalui berbagai proses dan perundingan sejak tahun 1926, termasuk permintaan pengembalian oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1951 dan 1970-an. Akhirnya, setelah penelitian mendalam, Komite Koleksi Kolonial memutuskan bahwa koleksi ini tidak pernah menjadi milik Belanda dan harus dikembalikan secara penuh.
Proses pengembalian ini melibatkan penelitian sejarah, hukum, dan pemulihan ketidakadilan yang dilakukan oleh berbagai ahli. Pada September 2025, Komite secara resmi memutuskan untuk mengembalikan koleksi Dubois beserta metadata yang terkait.
Pemulangan artefak ini bukan hanya tentang mengembalikan benda-benda bersejarah, tetapi juga tentang membangun kembali hubungan dan refleksi terhadap masa lalu yang menyakitkan. Keputusan ini menjadi langkah penting dalam upaya Indonesia untuk memahami dan merayakan warisan budaya dengan adil dan hormat.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.