Mengoptimalkan Pemanfaatan BBM dengan Etanol dari Brasil hingga Amerika Serikat

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa penerapan etanol dalam produk Bahan Bakar Minyak (BBM) telah dilakukan oleh berbagai negara. Beberapa negara yang telah mengintegrasikan etanol dalam campuran bensin, seperti Amerika Serikat (AS) dan Brasil.

Laode Sulaiman, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, menyatakan bahwa penggunaan etanol dalam BBM tidak hanya aman tetapi juga meningkatkan kualitasnya. Menurutnya, negara-negara dengan industri etanol yang maju, seperti Brasil, sudah menggunakannya dengan proporsi lebih dari 20%. Hal ini menunjukkan bahwa etanol tidak menyebabkan masalah signifikan dalam performa BBM.

Di Amerika Serikat, perusahaan Shell juga telah mengadopsi etanol dalam produk bensin mereka. Laode menegaskan bahwa bukti penggunaan etanol di Amerika dapat diakses dan diperoleh.

Pertamina Patra Niaga, melalui Roberth MV Dumatubun sebagai Pj. Corporate Secretary, menyampaikan bahwa etanol dalam BBM merupakan praktik terbaik yang berlaku di tingkat internasional. Langkah ini sesuai dengan upaya global untuk mengurangi emisi karbon, meningkatkan kualitas udara, dan mendukung transisi energi berkelanjutan.

Amerika Serikat telah menetapkan program Renewable Fuel Standard (RFS), yang mewajibkan penggunaan etanol dalam bensin dengan kadar E10 (10% etanol) dan E85 untuk kendaraan fleksibel. Brasil, sebagai pionir etanol berbasis tebu, telah menerapkan skala nasional hingga E27 (27% etanol) dalam bensin, menjadikan negara tersebut sebagai salah satu pemakai etanol terbesar di dunia.

Di Uni Eropa, kebijakan Renewable Energy Directive (RED II) mendorong penggunaan etanol dalam BBM, dengan target pencampuran energi terbarukan di sektor transportasi. Campuran E10 sudah menjadi standar di beberapa negara Eropa seperti Prancis, Jerman, dan Inggris untuk mengurangi polusi udara.

Di Asia, India juga mulai mengikuti tren ini dengan program etanol blending hingga 20% (E20) pada tahun 2030, sebagai bagian dari upaya menuju transportasi rendah karbon dan mendukung petani tebu.

Penggunaan etanol dalam BBM bukanlah hal baru, melainkan praktik yang sudah terbukti efektif secara global. Implementasi ini berhasil mengurangi emisi gas buang, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil murni, dan mendukung perekonomian lokal melalui pemanfaatan bahan baku pertanian.

Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Brasil telah menunjukkan bahwa penerapan etanol dalam BBM tidak hanya praktis tetapi juga bermanfaat untuk lingkungan dan perekonomian. Dengan adanya dukungan global, etanol dapat menjadi solusi yang signifikan dalam mengatasi masalah polusi dan mengembangkan energi terbarukan.

Keberhasilan penerapan etanol di berbagai negara menunjukkan bahwa Indonesia juga memiliki potensi untuk mengembangkan program serupa, dengan memperhatikan kondisi lokal dan mendukung petani setempat. Dengan demikian, penggunaan etanol dalam BBM bukan hanya tentang mengurangi emisi, tetapi juga tentang membangun sistem energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan