Anak Shandy Sjariff Dioperasi Dua Kali Akibat Strabismus, Apa Itu?

Shandy Sjariff mengungkapkan bahwa anaknya, Mahamisha Putri, harus melakukan operasi dua kali karena kondisi strabismus yang dialaminya sejak lahir. Keadaan ini menyebabkan mata tidak sejajar dan terarah pada objek yang sama secara bersamaan.

Sebelum memutuskan untuk operasi, Shandy telah menghubungi beberapa dokter spesialis mata, dan semua ahli sepakat bahwa anaknya memerlukan tindakan bedah.

Mahamisha telah melakukan terapi dengan menggunakan kaca mata selama satu tahun sebelumnya. Namun, karena kondisinya tidak memperlihatkan perbaikan yang signifikan, akhirnya diputuskan untuk melanjutkan dengan operasi.

Operasi pertama dilakukan pada akhir tahun 2024. Sayangnya, sebulan setelah prosedur tersebut, timbul komplikasi berupa kista di bola mata. Operasi kedua baru saja selesai dilaksanakan pada Oktober 2025.

“Di mata yang telah dioperasi sebelumnya muncul benjolan seperti gelembung yang terus membesar. Setelah dikonsultasikan dengan tiga dokter mata, diagnosa yang diberikan sama, yaitu kista,” cerita Shandy dalam wawancara dengan Pagi Pagi Ambyar Trans TV, Rabu (1/10/2025).

“Hal ini sangat langka, mungkin hanya 2 atau 3 dari 100 pasien yang mengalami kondisi serupa. Akhirnya, Mahamisha harus melalui operasi kedua untuk mengatasi kista tersebut, dan bedah ini baru saja selesai,” kata Shandy.

Meski putri Shandy Sjariff mengalami strabismus, apa sebenarnya yang dimaksud dengan kondisi ini? Strabismus, yang lebih dikenal sebagai mata juling, terjadi ketika kedua mata tidak sejajar satu sama lain.

Menurut Cleveland Clinic, dalam keadaan normal, enam otot yang menggerakkan mata bekerja bersama untuk menjaga kedua mata tetap terarah pada satu objek. Namun, pada penderita strabismus, otot-otot ini mengalami kefungksian yang tidak normal, sehingga tidak dapat mempertahankan posisi mata yang seharusnya.

Beberapa gejala strabismus antara lain penglihatan ganda, sakit kepala, kesulitan dalam membaca, mata cepat lelah, memiringkan atau memutar kepala, hingga menutup satu mata saat melihat objek dari jauh.

Gejala-gejala tersebut umumnya tampak pada anak-anak sebelum usia tiga tahun. Jika strabismus tiba-tiba muncul pada anak yang lebih tua atau dewasa, hal ini bisa menjadi tanda adanya gangguan neurologis yang serius.

Sejumlah faktor yang dapat memicu strabismus antara lain masalah kontrol neuromuskular, hubungan antara otak dan otot mata. Secara jarang, strabismus juga dapat disebabkan oleh masalah pada otot mata sendiri.

Faktor keturunan juga berpengaruh. Sekitar 30 persen anak dengan strabismus memiliki anggota keluarga yang juga mengalami kondisi serupa. Berikut adalah faktor risiko lainnya yang dapat menyebabkan strabismus:

• Gangguan refraksi yang tidak terkoreksi.
• Penglihatan buruk pada satu mata.
• Cerebral palsy.
• Down syndrome (20-60 persen penderita mengalami strabismus).
• Hidrosefalus.
• Tumor otak.
• Stroke (penyebab utama pada dewasa).
• Cedera kepala (merusak area otak, saraf, atau otot penggerak mata).
• Gangguan saraf.
• Penyakit Graves (kelebihan hormon tiroid).

Strabismus bukan hanya masalah kosmetik, tetapi juga dapat menghambat perkembangan penglihatan yang optimal. Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa memengaruhi kualitas hidup pasien. Konsultasi dengan spesialis mata secepat mungkin sangat direkomendasikan agar terapi atau operasi dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Tetap waspada terhadap gejala dan berkanal pada ahli agar kondisi mata tetap terjaga dengan baik.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page