Keracunan MBG Beruntun di Beberapa Kabupaten Priangan Timur

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kasus keracunan massal yang melanda daerah Priangan Timur berkembang dengan cepat setelah adanya pelaporan kembali terkait konsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) di beberapa wilayah. Tak lama setelah kejadian di Ciamis dan Garut, kini juga dilaporkan ada 62 siswa SMPN 3 Kota Banjar yang mengalami gejala seperti mual, muntah, dan kesulitan bernapas setelah ikut menikmati hidangan tersebut. Di sisi lain, siswa SMI Attarbiyah di Cigugur, Kabupaten Pangandaran, mengalami gejala serupa sehingga harus segera dibawa ke puskesmas setempat.

Kasus serupa juga terjadi di SMK Negeri 1 Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, di mana enam belas siswa mengalami gejala mual, pusing, sakit perut, hingga diare setelah konsumsi MBG. Hingga sore hari, 33 siswa telah mendapat perawatan medis. Video yang beredar menunjukkan beberapa siswa terbaring lemah di dalam ambulans, sementara yang lainnya sedang menerima infus darurat dari tim medis.

Kepala Desa Padawaras, Yayan Siswandi, menjelaskan bahwa penanganan dilakukan secara bertahap di berbagai tempat karena jumlah korban yang banyak. “Bagian dari mereka dirawat di ambulans, sebagian lainnya di Puskesmas Pembantu Padawaras. Karena jumlah korban banyak, mereka harus menunggu giliran,” ujarnya.

Kepala Puskesmas Cipatujah, Cepi Anwar, mengonfirmasi kasus ini dan menerangkan bahwa sebagian besar pasien tersebar di beberapa fasilitas kesehatan. “Saat ini kami menangani 33 siswa di Puskesmas Cipatujah, Puskesmas Bantarkalong, Pustu Darawati, dan Klinik Medika. Kami agak kesusahan karena pasien datang bertahap,” katanya.

Di Puskesmas Bantarkalong, enam siswa dari Cipatujah juga mendapat perawatan. Kepala Puskesmas Bantarkalong, Riski Tazali, menyebutkan bahwa pasien yang datang menunjukkan gejala serupa. “Benar, kami menerima enam siswa dari Cipatujah dengan gejala yang sama, diduga karena makanan yang sama,” kata dia.

Sementara itu, beberapa korban lainnya masih dalam penanganan di Puskesmas Pembantu Padawaras, dan beberapa diizinkan pulang untuk pemulihan di rumah. Cepi Anwar menambahkan bahwa data korban masih dikumpulkan karena tingkat keparahan gejala bervariasi. “Ada yang ringan, ada yang membutuhkan perawatan lebih lanjut,” jelasnya.

Kasus ini diperkirakan berawal dari menu MBG yang terdiri dari nasi, ayam, tahu, timun, dan jeruk. Beberapa jam setelah makan, siswa mulai merasakan pusing dan mual, yang kemudian menyebar ke siswa lain.

Dalam konteks ini, penting untuk meningkatkan pengecekan kualitas makanan yang disajikan, terutama dalam program-program sosial seperti MBG. Kerjasama antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mencegah insiden serupa di masa depan.

Kasus keracunan MBG ini menjadi pelajaran bagi semua pihak tentang pentingnya keamanan dan kualitas makanan yang disajikan. Setiap langkah preventif yang diambil sekarang akan memastikan bahwa insiden seperti ini tidak terjadi lagi di masa mendatang.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan