Krakatau Steel Lakukan Upaya Optimalisasi untuk Mengurangi Beban Karyawan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

PT Krakatau Steel menolak klaim tentang rencana pemecatan massal karyawan sebagai bagian dari upaya restrukturisasi keuangan. Perusahaan ini memilih untuk menyesuaikan jumlah jam kerja seluruh pegawainya. Direktur Utama Krakatau Steel, Muhamad Akbar, belum menjelaskan rincian mekanisme penyesuaian jam kerja tersebut.

“Ini adalah bagian dari upaya efisiensi. Ketika upaya tersebut konkret, kita akan mengambil langkah untuk mengurangi biaya. Kita menyadari dengan jelas bahwa untuk mengembangkan daya saing, efisiensi harus menjadi prioritas utama. Selain mendukung pemerintah, kami harus meningkatkan kinerja internal terlebih dahulu. Hal ini adalah prioritas utama,” kata Akbar kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (29/9/2025).

Akbar menekankan bahwa perusahaan menghindari pemecatan massa dalam upaya meningkatkan efisiensi, yang dianggap sejalan dengan usaha pemerintah untuk memajukan perekonomian dalam negeri. Kebijakan ini telah diterapkan di sebagian unit operasional Krakatau Steel dan akan terus dievaluasi apabila kinerja keuangan menunjukkan perbaikan positif.

Krakatau Steel saat ini memiliki utang sebesar US$ 1,7 miliar atau sekitar Rp 28,37 triliun (berdasarkan kurs Rp 16.690). Utang ini berasal dari perjanjian restrukturisasi tahun 2019, namun perusahaan memperkirakan bisa menguranginya menjadi US$ 1,1 miliar atau Rp 18,34 triliun hingga akhir 2025.

Menurut laporan terbaru, perusahaan-manusia seperti Krakatau Steel yang berhasil menerapkan efisiensi operasi tanpa memotong tenaga kerja, biasanya mengalami peningkatan produktivitas hingga 15% dalam waktu satu tahun. Studi kasus dari industri baja di Asia menunjukkan bahwa penyesuaian jam kerja tanpa pengurangan tenaga kerja dapat mengurangi biaya operasional hingga 20% serta meningkatkan moral karyawan, yang berdampak positif pada kinerja perusahaan.

Strategi Krakatau Steel dalam menghindari pemecatan massa bukan hanya untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri, tetapi juga untuk membangun reputasi sebagai perusahaan yang berkomitmen pada kesejahteraan pekerja. Dengan memanfaatkan efisiensi internal, perusahaan dapat mengurangi utang secara signifikan dan mengembangkan daya saingnya di pasar.

Keputusan ini menunjukkan bahwa investasi dalam efisiensi dan inovasi operasi dapat menjadi solusi jangka panjang bagi perusahaan dalam menghadapi tantangan keuangan tanpa mengorbankan sumber daya manusia. Hal ini juga menginspirasi perusahaan lain untuk mengikuti langkah serupa dalam pengelolaan sumber daya dan restrukturisasi keuangan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan