Kementerian Perindustrian Mendeteksi Radioaktivitas di Produk Cengkeh Indonesia

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sedang mengevaluasi laporan tentang keberadaan bahan radioaktif dalam ekspor cengkeh Indonesia ke Amerika Serikat (AS). Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief, menjelaskan bahwa detail mengenai temuan tersebut belum dapat dipastikan.

Pihak Kemenperin akan segera melaksanakan investigasi lebih dalam terkait kasus kontaminasi radioaktif yang dilaporkan oleh AS. Tim peneliti akan bekerja sama dengan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) untuk mengetahui sumber, lokasi, dan keterlibatan pihak dalam peristiwa tersebut. “Kami akan meneliti lebih lanjut untuk mengidentifikasi asal kontaminasi, jenis wadah yang digunakan, dan siapa yang terlibat. Saat ini, tim dari Bapeten sedang dalam proses evaluasi,” kata Febri saat diwawancarai di kantor Kemenperin, Jakarta Selatan, Selasa (30/9/2025).

Menurut laporan AP News, Food and Drug Administration (FDA) AS telah mengeluarkan larangan impor terhadap semua rempah dari PT Natural Java Spice, perusahaan asal Indonesia. Keputusan ini diambil setelah deteksi cesium 137, sebuah isotop radioaktif, pada partai cengkeh yang dikirimkan ke California. Cesium 137 umumnya terbentuk sebagai hasil sampingan dari aktivitas nuklir, termasuk ledakan bom nuklir, uji coba, operasi reaktor, atau kecelakaan nuklir.

Zat ini dapat ditemukan secara alami dalam lingkungan, seperti dalam tanah, makanan, dan udara, dalam konsentrasi yang sangat rendah. PT Natural Java Spice dikenal sebagai eksporter rempah ke berbagai negara, termasuk AS. Sejak awal tahun ini, perusahaan tersebut telah mengirimkan sekitar 440.000 pon (200.000 kilogram) cengkeh ke pasar Amerika Serikat.

Data riset terbaru menunjukkan bahwa kontaminasi radioaktif dalam makanan dapat terjadi akibat proses produksi, penyimpanan, atau transportasi yang tidak memenuhi standar. Studi menunjukkan bahwa cesium 137 memiliki potensi merusak sel-sel tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Pemantauan ketat diperlukan untuk mengekang risiko serupa di masa depan.

Analisis unik dan simplifikasi: Isotop cesium 137, meskipun ditemukan dalam lingkungan, dapat menjadi bahaya jika terkonsentrasi tinggi. Pengawasan keras terhadap produk ekspor makanan, terutama rempah-rempahan, diperlukan. Studi kasus seperti ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan industri untuk menjaga kualitas produksi dan keselamatan konsumen.

Dalam kasus tersebut, upaya kolaborasi antara Kemenperin dan Bapeten dapat menjadi contoh bagi negara lain dalam menangani kontaminasi produk ekspor. Tindakan cepat dan transparansi informasi akan membantu memperkuat kepercayaan konsumen global terhadap produk Indonesia.

Keberadaan cesium 137 dalam cengkeh Indonesia ke AS menjadi perhatian serius. Namun, dengan penelitian dan penanggulangan yang tepat, Indonesia dapat menghindari dampak negatif pada industri ekspor. Kegiatan pengawasan harus terus diperbarui agar produk lokal tetap aman dan memenuhi standar internasional.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan