Kegemilangan Tambak Garam Cimerak Tahan Uji Waktu, Masa Hidup Ekonomi Warga Pangandaran Selalu Berjalan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di Kabupaten Pangandaran, tepatnya di Desa Masawah, Kecamatan Cimerak, usaha tambak garam terus berlanjut meskipun dunia sedang mengalami perubahan iklim yang cepat dan teknologi yang berkembang.

Toto Ismanto, salah satu pelaku usaha tambak garam, menjelaskan bahwa produksi garam di wilayah ini sudah tidak hanya beroperasi pada musim tertentu. Sebaliknya, kegiatan ini telah menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakat setempat.

Proses pembuatan garam di Desa Masawah masih menggunakan metode tradisional. Air laut diambil dari Pantai Madasari menggunakan alat penyedot, lalu dikumpulkan dalam petak tambak, dijemur, dan diendapkan hingga terbentuk kristal garam. Meskipun teknologi yang digunakan sederhana, hasil garam yang dihasilkan tetap berkualitas tinggi dan memiliki nilai jual yang baik.

Musim kemarau menjadi waktu paling menguntungkan bagi petambak garam, karena cuaca panas memudahkan proses penguapan dan kristalisasi, sehingga hasil panen dapat meningkat. Dalam satu siklus, setiap petak tambak dapat menghasilkan puluhan kilogram garam, meskipun jumlahnya tetap tergantung pada luas lahan dan kondisi cuaca.

Tambak garam yang terletak dekat dengan pantai memberikan keuntungan dalam aksesibilitas air laut, namun juga menghadapi risiko perubahan cuaca ekstrem. Masyarakat setempat telah terbiasa hidup dan bekerja dalam lingkungan pesisir, memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak.

Selain sebagai sumber pendapatan, kawasan tambak garam juga menjadi daya tarik bagi wisatawan, terutama karena letaknya yang strategis di jalur pesisir. Hal ini tidak hanya menambah nilai ekonomi, tetapi juga memperkuat tradisi yang diwariskan turun-temurun.

Kearifan lokal dan ketekunan masyarakat pesisir Cimerak membuktikan bahwa tradisi produksi garam masih memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan ekonomi daerah.

Tradisi produksi garam di Desa Masawah, Pangandaran, menunjukkan bahwa kearifan lokal dan adaptasi terhadap lingkungan tetap menopang perekonomian masyarakat pesisir. Tidak hanya sebagai sumber mata pencaharian, kegiatan ini juga menjadi bagian identitas budaya dan potensi pariwisata. Dalam era modernisasi, kisah ini mengingatkan kita bahwa tradisi dan kemajuan dapat saling berharmoni, membentuk masyarakat yang lebih tangguh dan berdaya saing.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan