Investor Membutuhkan Bukti Nyata dalam Laporan ESG

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Laporan keberlanjutan telah menjadi bagian integral perusahaan, melampaui sekadar proses administrasi. Dalam forum Ngulik yang diselenggarakan oleh Indonesian Society of Sustainability Professionals (IS2P), dihadiri Lany Harijanti, ASEAN Regional Program Manager Global Reporting Initiative (GRI), serta Salman Nursiwan, Sustainability Expert KTM Solutions, diketahui bahwa laporan keberlanjutan harus lebih akurat, didukung data, serta relevan dengan harapan masyarakat dan para investor.

Lany menjelaskan bahwa GRI Standard tetap menjadi referensi global karena proses pembuatannya yang melibatkan berbagai stakeholder, termasuk masukan dari IS2P. Beberapa perubahan signifikan saat ini sedang dijalankan untuk membuat laporan keberlanjutan lebih sesuai dengan tantangan masa kini.

Beberapa poin pembaruan tersebut meliputi pelaporan yang lebih luas, tidak hanya pekerja tetap (employees) tetapi juga pekerja kontrak dan tenaga kerja yang berada di bawah pengawasan perusahaan.

“Untuk masalah perubahan iklim, GRI telah merilis standar baru, GRI 102, yang meminta perusahaan untuk menyatakan rencana transisi, strategi adaptasi, serta target reduksi emisi yang rinci untuk Scope 1, 2, dan 3,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (29/8/2025).

Menurut Lany, pembaruan ini mendorong pentingnya keakuratan dan transparansi. Jika data yang disajikan tanpa bukti, maka akan meningkatkan risiko greenwashing.

Dia juga menambahkan bahwa GRI tengah memperkuat kompatibilitas dengan standar IFRS, di mana GRI fokus pada dampak sosial dan lingkungan, sementara IFRS pada materialitas keuangan.

“Keduanya saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun investasi,” tulisnya.

Diskusi yang digelar IS2P menunjukkan bahwa sukses dalam melaporkan keberlanjutan tidak hanya bergantung pada kepatuhan regulasi. Faktor lain yang memengaruhi adalah komitmen perusahaan untuk terus mengembangkan praktiknya.

“Standar yang diperbarui membantu perusahaan menyesuaikan diri dengan isu terbaru seperti perubahan iklim, hak pekerja, hingga tata kelola. Laporan yang baik bukan sekadar kewajiban, tetapi alat untuk membangun kepercayaan,” ungkap Lany.


Saat ini, banyak perusahaan mulai menyadari bahwa laporan keberlanjutan bukan hanya sekadar kepatuhan, tetapi sebuah langkah strategis. Data terbaru menunjukkan bahwa 78% konsumen lebih cenderung memilih produk dari perusahaan yang transparan dalam laporan keberlanjutan mereka. Selain itu, perusahaan yang aktif dalam pelaporan keberlanjutan cenderung memiliki nilai pasar yang lebih stabil dan atraktif bagi investor.

Studi kasus dari beberapa perusahaan global, seperti Unilever dan Patagonia, menunjukkan bahwa strategi keberlanjutan yang terstruktur dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan mengurangi risiko operasi. Misalnya, Unilever melaporkan peningkatan penjualan sebesar 25% dalam lima tahun terakhir berkat program keberlanjutan yang kuat.

Untuk perusahaan di Indonesia, ada kesempatan besar untuk berinovasi dalam pelaporan keberlanjutan. Dengan mengikuti standar GRI dan IFRS, perusahaan dapat membangun kepercayaan yang lebih kuat dengan berbagai stakeholder. Investasi dalam pelaporan keberlanjutan yang transparan akan membawa manfaat jangka panjang, baik dari sisi reputasi maupun finansial.

Perubahan iklim dan ketidakadilan sosial saat ini menjadi tantangan global. Perusahaan yang proaktif dalam membangun praktik keberlanjutan akan menjadi pemimpin di era baru. Mari mulailah sekarang, buat perbedaan dengan langkah-langkah yang nyata dan terukur. Masa depan tidak hanya tentang profit, tetapi juga tentang dampak positif yang kita tulis bersama.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan