Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, memberikan tanggapan tentang penemuan 1.200 ton beras milik Perum Bulog yang tidak layak untuk dikonsumsi. Temuan tersebut dihasilkan dari inspeksi mendadak yang dilakukan oleh Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi, di Gudang Perum Bulog Tabahawa, Maluku Utara.
Arief menyatakan bahwa penghasilan temuan seperti ini adalah hal yang wajar, karena di antara produk pangan yang disimpan di gudang, pasti terdapat beberapa yang kualitasnya menurun. Menurutnya, hal ini terjadi karena sebagian beras tersebut berasal dari stok tahun 2024. Arief menambahkan bahwa kondisi ini juga memaksa Bapanas untuk selalu mengingatkan Bulog agar segera melakukan penyaluran beras untuk menghindari penurunan kualitas yang lebih lanjut akibat penyimpanan yang terlalu lama.
Dengan alasan itu, Bapanas akan terus melakukan pengawasan dan memberikan dukungan kepada Bulog agar penyaluran beras berjalan sesuai rencana. Bulog sendiri juga melakukan perawatan rutin untuk meminimalkan penurunan kualitas beras. Arief menegaskan bahwa perawatan harus dilakukan secara kontinu, dan jika ada kerusakan parsial, tanggung jawab akan dituntut kepada pimpinan wilayah, cabang, dan kepala gudang.
Menurut Arief, mengelola stok beras di gudang-gudang Bulog di berbagai daerah bukanlah tugas yang mudah. Selain proses perawatan, kualitas beras juga dipengaruhi oleh proses penanaman yang berbeda-beda. Namun, ia mengingatkan masyarakat untuk tidak terlalu khawatir, karena pihaknya terus memastikan bahwa produk yang mencapai konsumen tetap berkualitas baik.
“Dasarnya, semua bantuan pangan yang ditugaskan kepada Bulog di bulan Oktober-November harus dalam kondisi yang baik. Walaupun di beberapa gudang ada yang perlu diproses ulang atau dicek kualitasnya, tetapi beras yang sampai ke konsumen harus dalam keadaan baik,” kata Arief.
Dalam kejadian sebelumnya, Ketua Komisi IV DPR, Siti Hediati Hariyadi, memimpin tim untuk melakukan inspeksi mendadak di Gudang Perum Bulog Tabahawa, Maluku Utara. Inspeksi ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan dan kualitas cadangan beras pemerintah (CBP) di daerah, serta menindaklanjuti laporan masyarakat tentang penurunan kualitas beras bantuan.
Dalam inspeksi tersebut, tim menemukan sekitar 1.200 ton beras yang telah disimpan sejak Mei 2024. Berdasarkan pengecekan visual, sebagian beras impor yang telah disimpan lebih dari satu tahun masih mempertahankan kualitasnya. Namun, beras lokal sudah berubah warna menjadi abu-abu dan dinilai kualitasnya telah menurun.
“Kami menemukan beras lokal yang sudah disimpan lebih dari setahun di dalam gudang, warnanya sudah tidak seperti semula. Saya tidak tahu beras tersebut akan disimpan sampai kapan. Mengapa tidak segera disalurkan ke masyarakat?” ujar Titiek, seperti dikutip dari detikNews.
Titiek menyatakan hal tersebut saat berkunjung ke Gudang Perum Bulog Tabahawa pada Selasa (23/9). Ia menambahkan bahwa sebagian beras tersebut sedang dikemas untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Namun, menurutnya, kondisi beras yang telah menurun tidak layak untuk dibagikan kepada masyarakat.
Titiek meminta Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional (Bapanas), dan Perum Bulog untuk segera menyalurkan stok beras lama agar kualitasnya tidak semakin menurun. Ia menegaskan bahwa Bulog hanya bertugas sebagai operator gudang, sementara kebijakan distribusi ditentukan oleh kementerian teknis dan Bapanas.
Data riset terbaru menunjukan bahwa penyimpanan beras dengan cara yang tepat dapat mempertahankan kualitasnya hingga setahun, namun setelah masa tersebut, kualitas akan mulai menurun secara signifikan. Studi kasus di Indonesia menunjukkan bahwa penyimpanan beras selama lebih dari satu tahun seringkali menyebabkan penggandaan jamur dan bakteri, yang dapat berbahaya bagi kesehatan.
Analisis unik dan simplifikasi menunjukkan bahwa penyaluran beras secara teratur dan pembaruan stok secara berkala adalah kunci untuk menjaga kualitas pangan. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi distribusi, tetapi juga memastikan bahwa masyarakat mendapatkan produk yang aman dan berkualitas.
Parafrasa dan studi kasus ini menegaskan bahwa pengelolaan beras di Indonesia masih perlu perbaikan, terutama dalam aspek penyimpanan dan distribusi. Pemerintah dan pihak terkait harus bekerja sama untuk mengoptimalkan sistem agar kualitas beras tetap terjaga dan masyarakat mendapat manfaat maksimal dari bantuan pangan yang tersedia.
Penyelesaian masalah penyimpanan beras tidak hanya tentang mengurangi kerugian, tetapi juga tentang menjamin keamanan pangan bagi masyarakat. Dengan pengawasan yang lebih ketat dan kebijakan distribusi yang lebih efisien, Indonesia dapat menjaga kualitas beras dan memastikan bahwa setiap warga negara mendapat akses pada pangan yang berkualitas.
Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.