Riset: Ukuran Leher Bisa Menandakan Risiko Kena Sakit Jantung

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Penelitian terkini mengungkap kaitan yang menarik antara ukuran leher dengan risiko penyakit jantung dan kardiovaskular. Biasanya, perhatian lebih sering diarahkan pada lingkar perut sebagai indikator masalah kardiovaskular, karena terkait dengan obesitas sentral dan lemak visceral yang berdampak pada kesehatan jantung dan pembuluh darah. Namun, tim peneliti dari Kingston University, Inggris, menemukan indikator alternatif yang tidak kalah penting: ukuran lingkar leher.

Dalam studi mereka, peneliti mengungkapkan bahwa individu dengan lingkar leher yang lebih besar memiliki risiko lebih tinggi menderita berbagai penyakit serius. “Data menunjukkan perbedaan yang signifikant pada orang dengan leher lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuhnya secara keseluruhan,” ujar dosen senior Ahmed Elbediwy dan Nadine Wehida, seperti dilansir IFLScience. Keterangan lebih lanjut mereka menyebutkan bahwa ukuran leher memberikan petunjuk tentang distribusi lemak, terutama di bagian atas tubuh.

Penelitian ini juga menyoroti bahwa ukuran leher memiliki korelasi dengan beberapa kondisi kesehatan, seperti tekanan darah tinggi, fibrilasi atrium (ketidakseimbangan irama jantung), dan penyakit arteri koroner. Selain itu, ada juga kaitannya dengan diabetes tipe 2 dan sleep apnea obstruktif. Studi tahun 2025 bahkan mengaitkan lingkar leher besar dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS), meskipun peneliti menyarankan perlu dilakukan riset lebih dalam dengan populasi yang lebih beragam.

Saat ditanya berapa ukuran leher yang dianggap berisiko, peneliti menyebutkan bahwa bagi pria, batasnya 17 inci (43 cm) atau lebih, sementara bagi wanita, ambang batasnya 14 inci (35,5 cm) atau lebih. Data ini diperoleh dari Framingham Heart Study, penelitian jangka panjang tentang penyakit kardiovaskular. Studi tersebut menunjukan bahwa ukuran leher memiliki korelasi statistik dengan fibrilasi atrium, bahkan setelah mengakomodasi faktor lain seperti indeks massa tubuh, lingkar pinggang, tinggi badan, dan berat badan. Hubungan ini paling kuat terlihat pada orang obesitas, meskipun peneliti masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah ada hubungan sebab-akibat yang jelas.

Data Riset Terbaru:
Menurut sebuah meta-analisis yang diterbitkan dalam jurnal Circulation tahun 2025, ukuran leher yang besar menunjukkan risiko 1,3 kali lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner dibandingkan dengan ukuran normal. Hal ini terjadi karena lemak di leher dapat menyumbat pembuluh darah dan mempengaruhi fungsi saraf yang mengontrol jantung.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Meskipun ukuran leher tidak sepopuler lingkar perut sebagai indikator kesehatan, studi ini menegaskan bahwa pemantauan bagian tubuh ini bisa menjadi alat tambahan yang berguna. Kebanyakan orang tidak sadar bahwa lemak di leher, khususnya dekat dengan punggung, dapat menekan vena yang mengalirkan darah ke jantung. Hal ini bisa menyebabkan tekanan darah naik dan risiko stroke.

Kesimpulan:
Jangan hanya fokus pada perut saat memantau kesehatan jantung. Ukuran leher bisa menjadi indikator alternatif penting. Segera konsultasikan dengan dokter jika leher Anda tergolong besar, dan lakukan langkah preventif seperti berolahraga rutin dan mengecek tekanan darah secara teratur. Kesehatan jantung bukan hanya soal berat badan, tetapi juga tentang distribusi lemak di seluruh tubuh.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan