Ekspor Santan Beku Indonesia Senilai 260 Ton Berangkat ke China

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

PT Kether Coco Bio, sebuah perusahaan pengolahan kelapa yang berbasis di Sulawesi Utara, baru saja mengirimkan 260 ton santan beku ke China melalui ekspor perdana dengan nilai transaksi mencapai Rp 12 miliar. Pengiriman dilakukan dalam 10 kontainer yang memanfaatkan fasilitas Kawasan Berikat di Kantor Wilayah Bea Cukai Sulawesi Bagian Utara (Sulbagtara).

Menurut perwakilan perusahaan, Edi Gunawan, PT Kether Coco Bio khusus berfokus pada pengolahan produk kelapa, dengan santan beku sebagai produk utama untuk pasar internasional. Saat ini, perusahaan telah menyuntikan investasi sebesar US$ 50 juta, setara dengan Rp 800 miliar. Rencana mereka adalah meningkatkan investasi hingga US$ 100 juta, atau sekitar Rp 1,6 triliun, dalam beberapa tahun mendatang.

Edi juga mengungkapkan bahwa perusahaan telah menjamu 110 karyawan lokal dan berencana menambah tenaga kerja hingga 500 orang. Dengan dukungan fasilitas Kawasan Berikat, mereka yakin dapat meraih target ekspor minimal 100 kontainer bulanan. Selain itu, kapasitas produksi perusahaan mencapai rata-rata 28 ton per hari. Edi mengekspresikan terima kasihnya kepada Bea Cukai Sulbagtara yang cepat dalam memproses permintaan perusahaan.

Erwin Situmorang, Kepala Kanwil Bea Cukai Sulbagtara, menjelaskan bahwa fasilitas Kawasan Berikat diharapkan mendukung pertumbuhan industri di daerah dan memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal. Sementara itu, Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Victor Mailangkay, memuji langkah investasi PT Kether Coco Bio. Ia menyatakan bahwa investasi perusahaan tersebut akan mendorong pemberdayaan ekonomi daerah dan mengucapkan terima kasih kepada Bea Cukai yang memfasilitasi proses izin.

Menurut data, saat ini ada 16 perusahaan pengolahan kelapa di Sulawesi Utara, dengan 12 di antaranya sudah melakukan ekspor. Nilai ekspor produk kelapa pada tahun 2024 mencapai US$ 21,12 juta, sementara hingga Agustus 2025 telah meningkat menjadi US$ 24,65 juta. Meskipun demikian, terdapat dua tantangan utama yang perlu diatasi: ketersediaan bahan baku dan konektivitas logistik. Beberapa tanaman kelapa di daerah tersebut sudah tua, sehingga peremajaan kelapa menurut Victor menuntut perhatian yang segera. Selain itu, keterbatasan jalur pelayaran langsung dari Pelabuhan Bitung ke China membuat waktu pengiriman mencapai 30 hari. Dengan adanya jalur pelayaran langsung, waktu pengiriman dapat dikurangi menjadi 5-7 hari, sehingga bisa meningkatkan efisiensi dan daya saing ekspor.

Ekspor santan beku PT Kether Coco Bio ke China bukti potensi besar industri kelapa Sulawesi Utara. Dengan investasi yang terus bertambah, dukungan pemerintah, dan peningkatan logistik, sector ini bisa menjadi salah satu andalan ekonomi lokal. Masih ada rintangan seperti peremajaan tanaman dan konektivitas pelayaran, tetapi dengan langkah-langkah strategis, sektor kelapa Sulawesi Utara punya peluang besar untuk berkembang pesat.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan