Siswa SD di Pulogebang Muntah Masal Akibat Bau Kol yang Dituduh Beracun

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pemerintah Kota Jakarta Timur telah menegaskan bahwa siswa-siswi SD Negeri 7 Pulogebang, Jakarta Timur, tidak mengalami keracunan akibat konsumsi makanan bergizi gratis (MBG). Kejadian enam siswa mengeluh muntah diduga disebabkan oleh bau kol yang kuat dalam menu MBG yang telah dikonsumsi.

“Makanan tersebut tidak basi. Tapi ya, kol itu kan kalau di dalam keadaan panas, baunya pasti terasa lebih kuat. Semakin lama di dalam perjalanan, mungkin karena suhu panas, uapnya keluar, jadi aroma kolnya semakin terasa,” terang Kepala SPPG Pulogebang, Ahmad Irfansyah, dalam kutipan Antara, Kamis (25/9/2025).

“Sama seperti pisang, kalau dipanaskan, baunya pun akan tercium. Jadi ini hanya masalah bau. Jika ada keluhan, kita akan segera menanggapi. Kami memastikan program MBG ini aman untuk anak-anak,” tambahnya.

Insiden tersebut terjadi pada Rabu (24/9) siang. Menu MBG untuk siswa pagi di SDN 07 Pulogebang biasanya dikirim pada pukul 07.30 WIB, dan dikonsumsi pada pukul 09.00 WIB. Untuk siswa sesi siang, makanan dikirim pukul 12.00 WIB dan dimakan pukul 13.00 WIB.

Dalam kejadian ini, sekitar 150 siswa menyantap MBG. Siswa pagi tidak mengalami masalah, tetapi enam siswa sesi siang mengeluh mual dan muntah. Ahmad menjelaskan bahwa kondisi siswa langsung pulih setelah diberi teh dan penanganan lain.

“Siswa langsung kembali aktif seperti biasa. Ada informasi salah sebelumnya yang menyebutkan ada keracunan dan mobil ambulans yang datang,” ujar Ahmad.

Sementara itu, Kepala Sudin Pendidikan Wilayah I Jakarta Timur, M. Fahmi, menegaskan tidak terjadi keracunan massal di sekolah tersebut. Menurutnya, keracunan massal biasanya terjadi jika setengah dari total siswa yang makan terpengaruh.

“Jika ada keracunan, biasanya setidaknya setengah dari jumlah anak yang makan yang terpengaruh. Ini bukan kasus keracunan seperti yang sedang viral,” kata Fahmi.

Fahmi menjelaskan bahwa siswa-siswi makan menu yang sama, tetapi hanya enam siswa mengalami muntah. “Padahal mereka makan makanan yang sama. Ada lima rombongan belajar, sekitar 150 siswa. Hanya enam siswa yang muntah dengan gejala ringan seperti mual,” ujar Fahmi.

Pihak Puskesmas Pulogebang segera menanggapi laporan dan memberikan pertolongan pertama. Setelah diberi obat dan pemeriksaan awal, siswa-siswi yang muntah segera pulih dan tidak perlu dirujuk ke Puskesmas.

“Siswa langsung pulih setelah perawatan. Tidak ada yang dibawa ke Puskesmas karena dokter sudah datang langsung ke sekolah. Tidak ada kasus fatal. Jadi setelah penanganan oleh Puskesmas, mereka sudah bisa pulang,” jelas Fahmi.

Sementara itu, Puskesmas juga mengambil sampel makanan MBG untuk analisis lebih lanjut. Hasil resmi pemeriksaan baru bisa diketahui setelah proses selesai.

“Ketika insiden terjadi, Puskesmas langsung datang untuk memeriksa makanan. Ternyata tidak ada keracunan, tapi sampel makanan dibawa untuk pemeriksaan lebih lanjut,” tutup Fahmi.

Untuk meningkatkan kualitas program MBG, penting bagi pihak sekolah dan pihak terkait untuk memantau proses penyajian dan penyimpanan makanan agar terhindar dari masalah serupa di masa depan. Inisiatif ini juga perlu diikuti dengan edukasi bagi siswa tentang pentingnya kebersihan dan keamanan makanan.

Kasus ini mengingatkan pada betapa pentingnya kejelasan informasi dan kerja sama antara sekolah, Puskesmas, dan orang tua dalam menjaga kesehatan siswa. Dengan penanganan yang tepat dan cepat, insiden ini dapat diatasi tanpa korban fatal.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan