Surabaya Membuat Rekor MURI Melalui Penyuluhan TBC Bersama-Sama

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pemerintah Kota Surabaya, melalui program penyuluhan dengan tema “Merdeka TBC,” telah berhasil mencatatkan prestasi dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai acara sosialisasi dengan kehadiran balai RW terbanyak. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya guna mencapai target eliminasi Tuberkulosis (TBC) hingga tahun 2030.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menekankan bahwa upaya penanganan TBC bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan memerlukan partisipasi aktif masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah kota melibatkan RT, RW, dan Kader Surabaya Hebat (KSH) untuk memastikan setiap rumah terlibat dalam sosialisasi dan pengobatan TBC secara optimal.

“Kampung Pancasila telah dibentuk dengan mengintegrasikan RT, RW, hingga KSH untuk memantau setiap rumah dan melakukan sosialisasi serta pencegahan TBC,” ungkap Wali Eri saat memberikan keterangan tertulis, Senin (22/9/2025).

Eri mengamati bahwa pencapaian rekor MURI ini menunjukkan bahwa perkembangan Surabaya bukan hasil kerja satu orang saja, tetapi hasil kerja sama warga. Sekitar 1.361 RW di Surabaya tercatat turut serta, dengan kegiatan pusat di Balai RW 3 Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan, sedangkan RW lainnya mengikuti secara daring pada Kamis sebelumnya.

“Rekor MURI ini membuktikan bahwa Kota Surabaya dibangun oleh seluruh warganya. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan oleh warga untuk warga,” tambah Eri.

Selain itu, Eri juga optimis bahwa Surabaya dapat mengurangi angka TBC dan mencapai target eliminasi pada tahun 2030. “Dengan sinergi dan kesadaran kolektif, kami yakin dapat menurunkan kasus TBC dan mencapai tujuan eliminasi pada tahun 2030,” ujarnya.

Eri juga menyeru masyarakat untuk tidak mengejek penderita TBC, melainkan memberikan dukungan. “Jika ada yang batuk, sebaiknya pakai masker dan segera periksa ke Puskesmas,” ajaknya.

Sementara itu, Senior Manager MURI, Andre Purwandono, menjelaskan bahwa rekor ini diberikan berdasarkan jumlah lokasi penyuluhan TBC di tingkat RW yang belum pernah dicatat sebelumnya di Indonesia. “Ini termasuk dalam kategori MURI yang bersifat superlatif, yaitu aktivitas yang dapat dihitung. Penilaian MURI dilakukan berdasarkan banyaknya RW yang melakukan penyuluhan TBC, dan ini pertama kalinya di Indonesia,” ujar Andre.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya, Nanik Sukristina, mengungkapkan bahwa kegiatan penyuluhan melibatkan 27 ribu kader kesehatan di seluruh wilayah, dengan setiap kader bertanggung jawab atas 20 rumah. Partisipasi ini sesuai dengan konsep Kampung Pancasila yang mendorong rasa tanggung jawab warga terhadap lingkungan.

“Tujuan utama kegiatan ini adalah menyebarkan informasi tentang pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan TBC, serta menghilangkan stigma negatif terhadap penderita. Kami ingin TBC tidak lagi menjadi penyakit yang menakutkan,” tegas Nanik.

Nanik juga menjelaskan sejumlah langkah strategis dalam penanganan TBC, seperti edukasi masif, skrining aktif dan pasif, hingga kerjasama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Selain itu, pemkot juga memberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa susu untuk pasien TBC, pendampingan selama pengobatan, serta memperkuat regulasi melalui Rencana Aksi Daerah (RAD) TBC dan Perwali No. 117 Tahun 2024.

Data Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) hingga 22 Agustus 2025 menunjukkan bahwa jumlah kasus TBC di Surabaya sejak Januari hingga Agustus mencapai 6.740 kasus, atau sekitar 41,87% dari estimasi 16.098 kasus. Walaupun prevalensinya masih terkendali, Nanik mengakui beberapa tantangan, seperti mobilitas penduduk tinggi, stigma negatif, rendahnya kepatuhan pasien dalam pengobatan, penolakan pengobatan pencegahan oleh kontak erat, serta kendala sosial-ekonomi yang mempengaruhi kesembuhan pasien.

“Kami berharap sosialisasi yang rutin dapat mengatasi tantangan dalam pengobatan TBC, sehingga target eliminasi pada 2030 dapat tercapai,” katanya.

Inisiatif ini menunjukkan bahwa Surabaya tidak hanya berfokus pada pencapaian rekor, tetapi juga komitmen nyata dalam mengatasi TBC melalui kerja sama warga dan inovasi dalam pengobatan. Dengan dukungan yang kuat dari masyarakat dan kerjasama antar lembaga, kota ini berpotensi menjadi contoh bagi daerah lain dalam menghadapi penyakit serupa.

Langkah-langkah yang telah dilakukan Surabaya, seperti sosialisasi masif dan pendampingan pasien, memberikan harapan bahwa target eliminasi TBC pada 2030 dapat dicapai. Warga dianjurkan untuk terus aktif berperan dalam pencegahan dan pengobatan, sehingga Surabaya dapat menjadi kota yang lebih sehat dan bebas dari TBC.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan