Hari Bahasa Isyarat Internasional: Lebih dari Sekadar Peringatan, Ini Yang Dimaksud

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Tanggal 23 September dijadikan hari khusus untuk perlindungan dan pengakuan bahasa isyarat secara global. Inisiasi ini tak lepas dari kisah perjuangan yang panjang dalam mengedepankan hak-hak individu tuli.

Selain sebagai peringatan, hari ini juga bertujuan menuju kesadaran masyarakat yang lebih luas terhadap isu-isu yang sering dialami komunitas tuli. Berikut beberapa poin penting tentang Hari Bahasa Isyarat Internasional yang perlu diketahui.

PBB secara resmi menetapkan 23 September sebagai hari ini berdasarkan usulan WFD, organisasi yang mewakili jutaan penggunan bahasa isyarat di 133 negara. Keputusan ini diambil untuk mengukuhkan peran penting bahasa isyarat dalam komunikasi sehari-hari.

Sekitar 70 juta orang tuli di seluruh dunia menggunakan lebih dari 300 tipe bahasa isyarat yang berbeda. Tanggal penentuan 23 September juga memiliki makna khusus, yakni peringatan berdirinya WFD pada 1951. Dari awal, organisasi ini berjuang untuk melestarikan bahasa isyarat dan budaya tuli.

Perayaan pertama kali dilaksanakan pada 1958, kemudian berkembang menjadi gerakan global. Setiap tahun, WFD memilih tema yang berbeda untuk memfokuskan upaya advokasi. Misalnya, tema 2024 berfokus pada mendaftarkan hak-hak bahasa isyarat, sementara tema tahun ini menekankan bahwa hak asasi manusia tidak bisa terwujud tanpa pengakuan bahasa isyarat.

Di Indonesia, bahasa isyarat masih menghadapi banyak hambatan, termasuk dalam pendidikan dan aksesibilitas fasilitas umum. Data menunjukkan sekitar 80% dari komunitas tuli global tidak pernah bersekolah. Nissi Taruli Felicia, seorang aktivis tuli, telah berperan aktif dalam memperjuangkan hak-hak perempuan tuli di Indonesia.

Nissi dan komunitas FeminisThemis menggelar berbagai program, termasuk kolaborasi dengan Unilever Indonesia. Kegiatan tersebut mencakup kursus bahasa isyarat bagi karyawan, serta forum edukasi tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi bagi perempuan tuli. Dalam program FeminisThemis Academy, lebih dari 150 individu tuli mendapatkan pengetahuan penting selama tiga bulan.

Upaya seperti ini sangat penting bagi memastikan hak-hak komunitas tuli dapat dilindungi dan diakui. Hari ini bukan hanya peringatan, tetapi juga panggilan untuk semua pihak untuk terus berpartisipasi dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil.

Masyarakat harus sadar bahwa setiap perhatian terhadap bahasa isyarat bukan hanya tentang komunikasi, tetapi juga tentang hak fundamental manusia. Dengan mendukung komunitas tuli, kita sedang memastikan setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berpartisipasi dalam masyarakat.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan