Dapur MBG Palmerah Terbukti Melalui Kasus Keracunan Massal

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di Jakarta, beberapa siswa mengalami keracunan setelah mengonsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG). Badan Gizi Nasional (BGN) telah memerintahkan penutupan beberapa Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang dianggap tidak memenuhi standar. Namun, SPPG di Palmerah, Jakarta Barat, tetap beroperasi dengan baik dan belum terjadi kasus keracunan. Tim Thecuy.com melihat langsung proses operasional di tempat tersebut.

SPPG Palmerah menjalankan protkol higiene yang sangat ketat. Para pekerja, termasuk juru masak dan tim penyediaan makanan, selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap, seperti masker, penutup kepala, dan sarung tangan saat mengolah bahan makanan. Di dalam dapur utama, enam tungku kompor beroperasi dengan tiga petugas yang membaginya.

Di meja besar terpisah, pegawai mengisi ompreng dengan berbagai jenis makanan, seperti pisang, sayuran, ayam, dan nasi. Dapur ini terlihat rapi, dengan peralatan dan bahan makanan teratur. Meskipun lantai tidak sempurna bersih karena alas kaki khusus yang digunakan para petugas, tidak ada perlengkapan makanan yang disimpan langsung di lantai.

Ompreng yang telah diisi akan dikemas di ruang pengemasan yang bersebelahan dengan dapur utama. Masing-masing kemasan berisi lima ompreng, dan semua ditempatkan di atas meja, bukan di lantai. SPPG Palmerah juga memiliki ruang gudang kering untuk menyimpan beras, mie, dan kecap, serta ruang pendingin dengan chiller dan freezer untuk menyimpan sayuran dan daging.

Chiller diatur dengan suhu di bawah lima derajat Celcius untuk sayuran, sementara freezer dipakai untuk daging dan makanan hewani lainnya dengan suhu di bawah 15 derajat Celcius. Ruang sortir di SPPG Palmerah memastikan kualitas bahan baku, dan makanan yang tidak memenuhi standar akan dikembalikan ke supplier. Ruang cuci ompreng berlokasi di bagian belakang dan ditempati oleh 16 petugas yang bertugas membersihkannya.

Menurut Koordinator SPPG Wilayah Jakarta Barat, Yudha Permana, proses memasak dimulai jam dua pagi hingga enam pagi. “Kami pastikan proses memasak selesai sekitar pukul enam. Makanan siap dipacking untuk distribusi gelombang pertama pukul tujuh, danpieltak dikonsumsi sekitar pukul delapan tiga puluh. Sehingga makanan bisa dimakan dalam waktu kurang dari empat jam setelah dimasak,” katanya.

SPPG Palmerah terus melakukan evaluasi menu setiap minggu untuk memastikan variasi dan kualitas makanan. “Kami memiliki sekitar 40 menu yang berbeda agar siswa tidak bosan. Kami juga sering memenuhi permintaan siswa, seperti ketika mereka meminta burger, kami mencoba memfasilitasi,” jelas Yudha. Menu favorit siswa antara lain sayur capcay, ayam terik, beef yakiniku, beef teriyaki, dan spaghetti. Setiap minggu, makanan beragam, termasuk daging, ayam, ikan, dan telur, untuk memastikan nutrisi yang seimbang.

Menurut studi terbaru, SPPG yang mengikuti protokol higiene dan pengaturan waktu penyajian makanan dengan benar dapat mengurangi risiko keracunan pada siswa. Analisis menunjukkan bahwa penyajian makanan dalam waktu kurang dari empat jam setelah dimasak membantu menjaga kualitas dan nutrisi makanan. Sementara itu, evaluasi rutin menu dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam konsumsi Makanan Bergizi Gratis. Studi kasus di beberapa sekolah menunjukkan bahwa variasi menu dan pemenuhan permintaan siswa dapat meningkatkan minat makan mereka.

Kemudian, SPPG Palmerah menjadi contoh yang baik dalam penyaluran makanan bergizi kepada siswa. Dengan standar operasional yang ketat dan perhatian pada keamanan dan kualitas makanan, mereka berhasil menjaga kesehatan siswa tanpa terjadi keracunan. Memiliki sistem yang terstruktur dan berfokus pada kebutuhan siswa, SPPG Palmerah telah membuktikan bahwa layanan gizi sekolah dapat dioptimalkan dengan baik.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan