Pedagang Kaki Lima Kecewa Tak Mau Jualan di Shelter

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Dalam observasi yang dilakukan hingga hari Minggu, tanggal 21 September 2025, upaya penataan Kompleks Dadaha masih belum memberikan dampak yang signifikan pada aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) dan kasus parkir sembarangan. Pembenahan depo sampah yang telah dilakukan belum berhasil menarik minat para pedagang untuk memanfaatkan shelter yang disediakan.

Trotoar dan bahu jalan utama di sekitar Dadaha masih dipenuhi oleh deretan gerobak jajanan, terutama ketika jumlah pengunjung meningkat di akhir pekan. Hal ini menyebabkan semakin sempitnya akses jalan dan mengganggu alur lalu lintas. Suasana yang tidak menenangkan pun muncul dengan campuran aroma jajanan dan bunyi klakson kendaraan yang harus melambat.

Menurut Dedi Kusnandar, seorang PKL penjual jajanan anak berusia 43 tahun, pembeli lebih banyak berbelanja di sepanjang jalan utama daripada masuk ke shelter. “Di dalam shelter, biasanya sepi. Pembeli lebih banyak lewat sini, jadi kami tetap berjualan di tempat ini,” kata Dedi. Pendapat serupa juga diungkapkan Hani, penjual minuman berusia 35 tahun, yang mengaku sudah mencoba berjualan di shelter namun hasilnya kurang memuaskan.

Kondisi ini membuat wajah Dadaha, yang seharusnya menjadi ruang publik yang tertata, malah tampak kacau. Kendaraan yang diparkir sembarangan bersama dengan barisan gerobak jualan mengubah kawasan rekreasi dan olahraga menjadi area yang mirip dengan pasar tumpah. Walaupun demikian, sebagian pengunjung memahami keberadaan PKL di Dadaha karena mereka mencari kesempatan untuk mencari nafkah, terutama pada hari libur.

Warga Daris, berusia 34 tahun, yang rutin berolahraga di Kompleks Dadaha, mengungkapkan keprihatinya. “Pada hari libur, tentu saja padat dan ramai. Tapi kadang-kadang malahan sore hari pun macet,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa penertiban di Dadaha diperlukan agar aktivitas jual-beli, olahraga, dan rekreasi bisa berjalan lancar tanpa saling mengganggu.

Sementara itu, Polda Jabar telah mengungkap adanya keterlibatan kelompok anarkis luar negeri dalam insiden pembakaran yang terjadi di Bandung dan Tasikmalaya bulan lalu. Berita ini menguatkan kebutuhan akan peningkatan keamanan dan penertiban di daerah-daerah ramai seperti Dadaha.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kepedulian bersama antara pemerintah, warga, dan pedagang untuk membuat Kompleks Dadaha menjadi tempat yang nyaman bagi semua pihak. Penertiban yang konsisten dan penataan yang lebih baik dapat menjadi solusi agar kawasan ini tetap menjadi tempat rekreasi yang ramah dan tersusun rapi.

Upaya kolaboratif seperti ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas lingkungan, tetapi juga mendukung kegiatan ekonomi para pedagang tanpa mengorban keselamatan dan kenyamanan warga. Dalam menghadapi tantangan ini, kesadaran bersama dan kerjasama antar pemangku kepentingan menjadi kunci sukses.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan