Raja Surakarta Bertemu Hamengkubuwono X, Bamsoet Menegaskan Keberagaman sebagai Kekuatan Bangsa

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Bambang Soesatyo bertemu dengan Sri Sultan Hamengkubuwono X selama hampir empat jam di kediaman pribadi di Kraton Yogyakarta. Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas berbagai isu kontemporer yang sedang dihadapi oleh negara di tengah perubahan dinamis dalam dinamis geopolitik dan ekonomi global. Diskusi fokus pada pergeseran kekuasaan dunia dari dominasi Amerika Serikat menuju tatanan multipolar, di mana negara seperti Tiongkok, Rusia, dan India semakin berpengaruh.

Sultan Hamengkubuwono X menekankan pentingnya melebarkan kembali nilai-nilai kebangsaan sebagai landasan untuk menghadapi tantangan masa kini. Ia menegaskan tiga hal utama yang perlu diperhatikan bersama, yaitu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, menghargai keberagaman, serta membangun peradaban yang didasarkan pada nilai kemanusiaan. Menurut Bamsoet, Indonesia bisa menjadi negara besar bukan karena seragam, melainkan karena mampu mengubah perbedaan menjadi kekuatan. Jika persatuan rapuh, keberagaman tidak terkelola, dan pembangunan hanya mencari angka pertumbuhan tanpa peduli pada nilai kemanusiaan, maka Indonesia akan kehilangan arah.

Bamsoet mengulas tentang peningkatan polarisasi politik yang semakin tajam, terutama di era media sosial. Penelitian pasca Pemilu 2024 menunjukkan polarisasi yang meningkat di berbagai daerah, dengan politik identitas masih dominan. Fenomena seperti protes mahasiswa berjudul “Dark Indonesia” pada Februari 2025 atau demonstrasi yang melibatkan ribuan orang di berbagai kota pada akhir Agustus 2025 menjadi tanda bahaya jika polarisasi tidak dikelola dengan baik. Kritik masyarakat harus dijawab dengan dialog, bukan represi.

Data Pew Research Center menunjukkan perbedaan tajam antara kelompok agama dalam mendefinisikan apa artinya menjadi “orang Indonesia yang sesungguhnya.” Laporan Setara Institute melalui Indeks Kota Toleran 2024 juga mencatat bahwa masih ada daerah yang stagnan dalam mengelola keberagaman. Diskriminasi dan intoleransi masih terjadi di lapangan, sehingga keberagaman harus dijaga dengan adil untuk mencegah konflik horizontal.

Bamsoet mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk menyikirkan keberagaman sebagai kekuatan bangsa. Pendidikan Pancasila harus diimplementasikan secara praktis, bukan hanya sebagai materi hafalan. Anak-anak perlu diajak merasakan nilai persatuan dan keberagaman, misalnya melalui program lintas budaya, kerja sosial, atau pertukaran pelajar di dalam negeri.

Pembangunan ekonomi tanpa etika hanya akan memperparah ketimpangan dan merusak lingkungan. Bamsoet mengapresiasi gerakan pemuda di berbagai daerah yang aktif dalam aksi iklim, reforestasi, dan kampanye lingkungan. Laporan UNDP Indonesia tahun 2024 menandai meningkatnya partisipasi anak muda dalam proyek energi terbarukan dan pengelolaan sampah berbasis komunitas. Laporan UNICEF tahun 2024 juga mengungkapkan jutaan anak Indonesia rentan terhadap dampak perubahan iklim. Jika pembangunan terus mengorbankan lingkungan, ini akan menjadi bom waktu bagi generasi mendatang.

Menghadapi perubahan global yang dinamis, Indonesia harus kuat dengan persatuan dan keberagaman sebagai fondasi. Generasi muda sudah menunjukkan kesadaran lingkungan, tetapi semua lapisan masyarakat harus ikut berperan dalam membangun peradaban yang adil dan berkelanjutan. Seperti kata Sultan Hamengkubuwono X, persatuan bukan sekadar jargon, keberagaman bukan sekadar slogan, dan kemanusiaan bukan sekadar retorika. Jangan biarkan perbedaan mengalahkan kesatuan, karena hanya dengan bersama-sama kita bisa menghadapi tantangan masa depan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan