Job Hugging sebagai Tanda Ekonomi Indonesia Tidak dalam Kondisi Optimal

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Fenomena ‘job hugging’ sedang merebak di kalangan pekerja di Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang tidak stabil, sehingga banyak yang merasa terpaksa tetap memegang pekerjaan saat ini.

Ahli ketenagakerjaan dan Guru Besar Fisipol UGM, Tadjuddin Noer Effendi, menjelaskan bahwa fenomena ini melibatkan pekerja yang memilih untuk tetap bergantung pada pekerjaan saat ini. Selain itu, mereka juga mengambil berbagai kesempatan, sehingga menutup peluang bagi calon pekerja baru untuk masuk ke dunia kerja.

“Fenomena ini timbul karena beberapa faktor, termasuk ketidakpastian dan perlambatan ekonomi. Di Indonesia, penurunan daya beli masyarakat dan banyaknya industri yang melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) membuat banyak orang masih menahan pekerjaan lama, meskipun gaji mungkin sudah stagnan karena sulit mencari alternatif yang lebih baik,” kata Tadjuddin saat diwawancarai.

Salah satu penggerak fenomena ini adalah penurunan daya beli masyarakat. Hal ini membuat pekerja ragu untuk mengakhiri pekerjaan saat ini jika masa depan tak pasti. Bahkan, ada yang rela bekerja tambahan untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

“Saya katakan, dengan daya beli yang rendah, orang malah enggan mengakhiri pekerjaan saat ini, takut tidak mendapatkan pekerjaan yang pasti. Kemudian, munculnya berbagai pekerjaan tambahan membuat mereka tetap menahan pekerjaan utama sambil mencari penghasilan tambahan,” tambahnya.

Fenomena job hugging memiliki dampak ganda. Satu sisi negatifnya adalah pasar kerja Indonesia masih belum optimal karena perusahaan tidak memperbanyak tenaga kerja. Sisi positifnya, para pekerja tetap memiliki pekerjaan dan tidak meneruskan angka pengangguran.

“Dari sisi negatif, banyak yang mencari kerja tapi perusahaan tidak melakukan rekrutmen, sehingga sulit mencari pekerjaan dan meningkatkan pengangguran. Namun, sisi positifnya, pekerja yang tetap menahan pekerjaan saat ini tetap memperoleh penghasilan, meskipun tidak mengalami kenaikan gaji,” tutup Tadjuddin.

Data terbaru menunjukkan bahwa tren job hugging semakin meningkat di kalangan pekerja muda. Mereka lebih memilih keamanan pekerjaan saat ini daripada mengambil risiko pindah kerja meskipun dengan gaji lebih tinggi. Hal ini juga dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global yang mempengaruhi pasar kerja lokal.

Studi kasus di beberapa perusahaan juga menunjukkan bahwa kebijakan fleksibilitas kerja dan pelatihan kontinu dapat membantu mengurangi fenomena ini. Pekerja yang merasa terlibat dalam pengembangan karir lebih cenderung mengembangkan karier mereka daripada hanya menahan pekerjaan saat ini.

Untuk memperbaiki situasi ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, perusahaan, dan pekerja. Pemerintah bisa mendukung pelatihan dan pendidikan yang lebih baik, sementara perusahaan bisa memberikan peluang karir yang lebih luas. Pekerja juga perlu berani mengambil risiko dan mengembangkan keterampilan mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan di dunia kerja.

Memilih keamanan pekerjaan saat ini tidak selalu solusi. Penting untuk terus belajar, mengembangkan diri, dan siap menghadapi perubahan agar karier bisa berkembang. Jangan biarkan ketakutan terhadap ketidakpastian menghambat kemajuan Anda.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan