Pertanian Tebu Harus Dikuasai Negara untuk Melindungi Perekonomian Masyarakat

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Musim panen tebu tahun 2025 menghadapi beberapa tantangan bagi industri gula di Indonesia. Sunardi Edy Sukamto, Sekretaris Jenderal DPP Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), mengungkapkan bahwa produksi gula kristal putih (GKP) meningkat, tetapi penyerapannya di pasar tetap rendah. Ia mengingatkan pemerintah untuk menjamin kegiatan hilirisasi gula dan tetes sebagai bagian penting dalam program swasembada gula nasional. Edy juga menegaskan bahwa penyerapan oleh ID Food masih lambat, yang menyebabkan pedagang enggan menerima sisa produksi dari petani.

Menurut Edy, kesepakatan yang telah disepakati di Bapanas Jakarta harus segera dilaksanakan, yakni serapan 83.000 ton gula pada tahap pertama oleh ID Food dan pedagang. Jika ID Food tidak segera menyelesaikan kuota Rp 900 miliar untuk petani tebu di bawah PT SGN dalam waktu dekat, maka target swasembada gula akan sulit dicapai.

Meski produksi gula sudah mendekati target swasembada, penyerapan di pasar masih minim. Hal ini disebabkan oleh adanya gula rafinasi yang langsung dijual ke pasar konsumsi, sehingga gula hasil panen petani sulit terserap. Lebih banyak lagi, lelang gula petani sering kali tidak aktif, yang mempengaruhi harga dan pendapatan petani.

Beberapa tindakan strategis telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Pemerintah melalui Danantara telah mengalokasikan Rp 1,5 triliun untuk menyerap gula petani, di mana Rp 900 miliar di antaranya ditujukan untuk 62.141 ton gula di bawah PT SGN. Namun, hingga saat ini hanya 21.500 ton yang telah terealisasi. Selain itu, PT PIR (Gulavit), PT SGN, serta pedagang di Jawa Timur juga ikut serta dalam penyerapan gula petani, yang menarik apresiasi dari APTRI.

Selain masalah gula, petani juga mengalami kesulitan akibat penurunan harga tetes (molases). Pembebasan bea masuk impor molasses menurunkan harga tetes dari Rp 2.700-3.000/kg pada 2024 menjadi Rp 900-1.200/kg saat ini. Keadaan ini mengurangi pendapatan petani secara signifikan.

APTRI berharap industri pergulaan nasional menjadi lebih baik agar masalah serupa tidak terjadi lagi. Edy juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah, perusahaan, dan pedagang yang telah membantu menyerap gula petani, karena kontribusi mereka membantu menjaga kelangsungan industri pergulaan.

Industri gula di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, tetapi dengan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak, petani tebu dapat memperoleh kepastian dan motivasinya untuk menanam tebu pada musim mendatang. Hal ini tidak hanya menjamin keberlangsungan industri, tetapi juga kesejahteraan petani sebagai pelaku utama dalam rantai pasok gula.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan