Pasar Lontar Ramai dengan Maling Usai Kebakaran, Pembeli Berkurang

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di ibu kota, pasar tradisional Pasar Lontar yang terletak di Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, semakin tertinggal dan jatuh dalam keadaan tak terawat sejak kebakaran besar terjadi dua tahun yang lalu. Di salah satu sudut pasar, masih terlihat bekas lahan terbakar yang kosong dan tidak terurus.

Setelah kebakaran hebat pada tahun 2023, kondisi pasar ini semakin buruk. Tinggalan kebakaran membuat pasar ini tak lagi nyaman digunakan. Ruang antara kios sempit dan berlumuran air, sebagian karena dibangun dari kayu yang mudah rusak.

Salah satu pedagang sembako, Waluyo, menjelaskan bahwa sejak kebakaran, kawasan ini sering dijadikan sasaran pencuri. Dalam dua tahun terakhir, gudang sembako yang disewanya sudah dibobol dua kali.

“Bulan lalu, tiga peti telur hilang. Ini kedua kalinya saya kebobolan. Namun tidak di warung ini, saya juga menyewakan gudang kosong untuk penyimpanan saja,” kata Waluyo kepada Thecuy.com, Kamis (18/9/2025).

Menurutnya, kondisi ini terjadi karena banyak orang asing yang sering berkumpul di lahan terbakar pada malam hari. Dalam kondisi pasar yang sepi, beberapa warung yang masih bertahan mengalami penurunan omzet lebih dari 50 persen.

“Kebobolan cenderung terjadi saat hari libur, ketika banyak yang pulang kampung dan sekitarnya kosong,” jelas Waluyo.

Meski demikian, ia mengungkapkan bahwa wacana revitalisasi Pasar Lontar Kebon Melati sudah ada sebelum kebakaran tahun 2023. Namun, setelah kebakaran melahap bagian belakang pasar, harapan akan perbaikan semakin besar.

Di sebelah timur pasar, dekat dengan Puskesmas Kelurahan Kebon Melati, sudah berdiri bangunan pasar baru. Sayangnya, bagian pasar lama hingga kini masih belum ada tanda-tanda akan diperbaiki.

“Pernah ada yang datang mengukur dan mengambil sampel tanah, mungkin untuk perhitungan cor fondasi. Namun sampai sekarang belum ada tahap selanjutnya,” terang Waluyo.

“Kata mereka, model bangunan sudah ada. Rencananya akan dibangun bertingkat. Bagian bawah untuk pasar, bagian atas untuk tempat tinggal sederhana bagi penghuni kontrakan. Tetapi hingga saat ini belum ada informasi pasti,” tambahnya.

Waluyo merasa pasrah karena pasar ini ditinggalkan dalam kondisi rusak. Ia juga merasa revitalisasi tidak akan membawa perubahan positif bagi pedagang. Banyak pasar yang sudah direvitalisasi namun kondisinya masih buruk.

“Biasanya pasar-pasar lain juga kondisinya sama. Jadi revitalisasi bisa saja sia-sia,” jelasnya.

Selain itu, mayoritas warga di sekitar pasar adalah pedagang kaki lima, pengamen, dan buruh harian. Beberapa juga bekerja sebagai pengawas di Pasar Tanah Abang. Perbaikan pasar juga tidak akan langsung meningkatkan keinginan warga untuk berbelanja.

“Orang yang kerja di Pasar Tanah Abang memerlukan makanan, dan mereka membeli bahan ke sini. Tetapi saat Pasar Tanah Abang sepi dan pemutusan pekerjaan banyak, pembelian makan semakin sedikit. Terpengaruh juga oleh penjualan online,” ucap Waluyo.

Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya perbaikan infrastruktur pasar tradisional untuk menyokong perekonomian lokal. Tanpa dukungan yang memadai, pasar seperti Pasar Lontar Kebon Melati akan terus menjadi tempat yang tidak nyaman dan kurang produktif bagi pedagang dan pembeli.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan