Mendes Ajak Kerjasama Tiongkok dalam 12 Inisiatif Strategis

Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Yandri Susanto, menjalin komunikasi dengan Delegasi China Investment Association Overseas Investment Union (CIAOIU). Dalam pertemuan tersebut, ia menyampaikan 12 rencana strategis yang menawarkan peluang kolaborasi antara Indonesia dan Tiongkok untuk mendorong perkembangan di wilayah pedesaan melalui berbagai sektor.

Acara tersebut diselenggarakan di Ruang Operasional Kemendes PDT Jakarta, pada Kamis (18/9/2025). Hadir disamping Yandri adalah Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Ahmad Riza Patria, serta pejabat tingkat tinggi lainnya.

Selain itu, hadir pula beberapa tokoh dari perusahaan seperti Beijing Bangzhen Technology, Orenda Green Singapore, Henan Mining Group Import & Export, GEMS Capital Pte Ltd Singapore, Fulong Group, PT Nusantara Garuda Jaya (dalam bidang perdagangan internasional dan logistik), pengusaha pariwisata dan logistik (proyek Pulau Tunda, rantai pasokan hulu-hilir), Angkasa Pura II (logistik bandara dan kargo halal), PT Metta Karya Agri (agribisnis dan pertanian cerdas), serta PT Metta Energi Sejahtera (energi terbarukan dan proyek PLTS).

Delegasi tersebut kemudian akan melanjutkan kunjungan ke Desa Ciasem Baru, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, serta Desa Wargasara, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.

Dalam pertemuan tersebut, Yandri membahas 12 rencana aksi, termasuk digitalisasi desa, hilirisasi, pemuda pelopor desa, penguatan pengawasan dana desa, hingga percepatan pembangunan daerah tertinggal. Langkah ini diharapkan dapat mempercepat transformasi di wilayah pedesaan Indonesia sesuai dengan visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.

“Dalam konteks digitalisasi desa, kami menyampaikan bahwa 75.266 desa masih mengandalkan metode pengawasan manual. Hal ini menjadi tantangan, terutama saat dana desa dari pemerintah pusat selama sepuluh tahun terakhir mencapai Rp680 triliun,” ujar Yandri saat bertemu delegasi CIAOIU di Ruang Operasional Kemendes PDT Jakarta.

“Proses pengawasan ini cukup sulit karena digitalisasi desa belum optimal. Hal ini juga dapat menjadi peluang kerja sama bagi rekan-rekan dari Tiongkok,” tambahnya.

Yandri menjelaskan bahwa kerjasama antara Indonesia dan Tiongkok sangat penting karena membawa manfaat bagi keduanya. Manfaat tersebut meliputi ekonomi, perdagangan, keamanan, dan pertukaran budaya.

“Kami percaya bahwa di masa depan, dengan kerja sama erat antara kedua negara, Tiongkok dan Indonesia akan terus mendorong pembangunan komunitas dengan tujuan bersama pada tingkat yang lebih tinggi, serta memberikan kontribusi lebih besar bagi perdamaian dan perkembangan, baik di kawasan ini maupun global,” katanya.

Kepentingan kerjasama Indonesia-Tiongkok dalam mendorong perkembangan wilayah pedesaan tidak bisa diabaikan. Dengan teknologi dan investasi dari Tiongkok, Indonesia dapat mempercepat digitalisasi desa dan pengembangan infrastruktur yang berkelanjutan. Studi kasus sukses di beberapa negara menunjukkan bahwa kolaborasi antarbangsa dalam bidang ini dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup masyarakat.

Pembangunan daerah tertinggal memang menuntut strategi yang jelas dan dukungan yang kuat. Dengan dukungan teknologi dan investasi dari Tiongkok, Indonesia memiliki kesempatan emas untuk memajukan desa-desa terpencil. Kerja sama ini bukan hanya untuk kemajuan ekonomi, tetapi juga untuk menciptakan harmoni dan stabilitas regional. Mari kita dukung dan ikuti perkembangan ini dengan antusias, karena setiap langkah maju adalah langkah menuju Indonesia yang lebih maju dan sejajar dengan negara-negara lainnya di dunia.

Baca juga Berita lainnya di News Page