Penurunan Suku Bunga oleh The Fed

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

The Federal Reserve telah melakukan penurunan suku bunga pada hari Rabu, pertama kali sejak bulan Desember. Langkah ini diambil karena adanya peningkatan angka pengangguran di Amerika Serikat, khususnya di kalangan kulit hitam, pekerja muda, serta penurunan jam kerja mingguan. Semua indikator ini mengindikasikan gejolak dalam pasar tenaga kerja. The Fed menurunkan suku bunga sebanyak 0,25% hingga berada dalam kisaran 4,00%-4,25% dan memberikan sinyal bahwa akan ada penurunan lebih lanjut pada pertemuan Oktober dan Desember yang akan datang.

Keputusan ini sejalan dengan desa-desa dari Presiden Donald Trump yang selama ini mendorong penurunan agresif suku bunga, meskipun angka yang ditetapkan The Fed masih jauh dari permintaan Trump. Christopher Waller, gubernur baru The Fed yang baru saja dilantik dan sebelumnya berperan sebagai penasihat ekonomi Gedung Putih, menjadi satu-satunya anggota yang berbeda pendapat dalam rapat tersebut. Waller mendesak penurunan suku bunga sebesar setengah persen dan berharap tingkat suku bunga bisa turun di bawah 3% sebelum akhir tahun.

Jerome Powell, ketua The Fed, menyatakan bahwa pasar tenaga kerja kini menjadi fokus utama bagi para pembuat kebijakan moneter. “Tidak ada jalan yang sempurna. Sulit untuk menentukan langkah terbaik,” ujarnya. Powell menjelaskan bahwa laju penciptaan lapangan kerja saat ini bahkan lebih lambat dari minim yang diperlukan untuk mencegah peningkatan pengangguran. Jika perusahaan mulai melakukan pemutusan pekerja secara massal, angka pengangguran bisa melonjak lebih cepat dari perkiraan.

Powell juga menambahkan bahwa kelompok minoritas dan anak muda kini menjadi kelompok yang paling rentan terhadap perlambatan ekonomi. Selain itu, The Fed mencatat bahwa kenaikan tarif impor yang diterapkan oleh pemerintahan Trump tidak menyebabkan inflasi berkelanjutan seperti yang diharapkan sebelumnya. “Kita melihat pengangguran di kelompok minoritas meningkat. Anak muda juga lebih rentan terhadap siklus ekonomi. Ditambah dengan pertumbuhan pekerjaan yang lambat secara keseluruhan, ini menunjukkan pasar tenaga kerja sedang melemah di titik kritis. Kita tidak butuh pelemahan lebih jauh,” kata Powell.

Meskipun inflasi sempat naik, The Fed memperkirakan tekanan harga akan mulai menurun, bahkan ketika kebijakan moneter mulai dilonggarkan. Saat ini, tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja semakin nyata, dengan pertumbuhan jumlah pekerja hampir berhenti.

Keputusan ini juga tidak lepas dari situasi politik. Trump diketahui berupaya memecat Gubernur The Fed Lael Brainard, meski gagal, dan buru-buru menunjuk Waller sebagai gubernur baru. Waller diangkat sehari sebelum rapat dimulai, dan masa jabatannya kemungkinan hanya berlaku sampai Januari. Meskipun demikian, dua gubernur lain yang juga pilihan Trump, Michelle Bowman dan Richard Clarida, kali ini mendukung konsensus, meski sempat berbeda pendapat dalam rapat sebelumnya.

Upaya Trump untuk campur tangan dalam The Fed belum secara signifikan mengganggu independensi lembaga tersebut. Namun, tekanan politik, kekhawatiran terhadap pasar tenaga kerja, dan prospek ekonomi yang melemah telah mendorong bank sentral AS untuk mulai mengendurkan kebijakan moneternya lebih cepat dari perkiraan.

Data riset terbaru menunjukkan bahwa penurunan suku bunga ini dapat memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi, namun tetap diimbangi dengan risiko inflasi yang mungkin kembali naik jika kebijakan terlalu longgar. Analisis unik dan simplifikasi dari Situation ini menunjukkan bahwa The Fed sedang berjalan di garis tipis antara stabilitas ekonomi dan risiko inflasi. Kesimpulan yang dapat disimpulkan adalah bahwa keputusan ini bukan hanya tentang ekonomi, tetapi juga tentang menavigasi tekanan politik dan sosial. Pasar tenaga kerja memang menjadi faktor kritis, namun langkah-langkah The Fed harus diimbangi dengan strategi yang cermat untuk menghindari konsekuensi yang tidak diinginkan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan