Meningkatnya Kasus Kanker Usus pada Pria Dewasa di Indonesia

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Sekitar 32 juta warga Indonesia telah melakukan pendaftaran cek kesehatan gratis (CKG) hingga 17 September 2025. Data yang dikumpulkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) menunjukkan bahwa salah satu kondisi kesehatan yang paling sering terdeteksi dalam program ini adalah kanker usus.

Maria Endang Sumiwi, Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes, mengungkapkan bahwa sekitar 24,2 persen dari populasi dewasa berusia 45 tahun ke atas yang telah mengikuti CKG memiliki risiko terkena kanker usus. Keterangan ini disampaikan dalam sebuah kesempatan di Kantor Badan Komunikasi Pemerintahan, Jakarta Pusat, pada Kamis, 18 September 2025.

Kanker usus, yang juga dikenal sebagai kanker kolorektal, adalah jenis kanker yang tumbuh di usus besar (kolon) atau rektum. Penyakit ini menjadi salah satu penyebab kematian yang signifikan di Indonesia. Prof. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), mengemukakan bahwa gaya hidup yang tidak sehat menjadi salah satu faktor utama dalam peningkatan kasus kanker usus.

Dalam wawancara dengan Thecuy.com, Prof. Ari menjelaskan bahwa kehidupan modern yang banyak menggunakan gadget menyebabkan terlalu banyak waktu dihabiskan dalam keadaan diam. Selain itu, pola makan yang berlebihan pada daging dan steak, serta kekurangan konsumsi sayuran, juga mempengaruhi kesehatan usus. “Kini, kanker kolorektal tidak hanya ditemukan pada usia 60 tahun ke atas, tetapi juga mulai terdeteksi pada usia 20, 30, dan 40 tahun,” tuturnya.

Selain faktor gaya hidup, Prof. Ari juga menambahkan bahwa kebiasaan merokok dan obesitas semakin meningkatkan risiko kanker usus. “Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia merokok, dan angka obesitas pun terus naik, hal ini membuat kanker kolorektal semakin umum pada usia yang lebih muda,” katanya.

Yang lebih menyedihkan, kanker usus sering tidak menimbulkan gejala yang nyata pada tahap awal. Ini menyebabkan banyak kasus terdeteksi baru pada stadium yang sudah lanjut. “Ketika gejala muncul, biasanya kondisinya sudah dalam,” ungkap Prof. Ari. Gejala yang kerap dialami termasuk kesulitan buang air besar, adanya darah saat buang air, hingga munculnya benjolan di usus.

Dengan demikian, Prof. Ari menegaskan pentingnya skrining berkesinambungan untuk mendeteksi kanker usus pada tahap awal. Dia mendorong pemerintah untuk melakukan skrining massal agar bisa mengidentifikasi dan mengatasi kasus kanker usus lebih dini.

Menurut data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi kanker kolorektal di Indonesia terus meningkat, terutama pada kelompok usia muda. Hal ini dikaitkan dengan perubahan gaya hidup, seperti konsumsi makanan olahan tinggi lemak dan sedikit serat, serta aktivitas fisik yang kurang. Studi terbaru juga menunjukkan bahwa deteksi dini dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasien hingga 90 persen.

Studi kasus yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Jakarta menunjukkan bahwa pasien dengan kanker usus stadia awal yang dideteksi melalui skrining memiliki peluang pulih yang lebih tinggi daripada mereka yang didiagnosis pada stadium lanjut. Ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya memeriksa kesehatan usus secara rutin.

Pada kesimpulan, kanker usus menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, terutama dengan peningkatan kasus pada usia yang lebih muda. Ketika kita serius memantau pola makan, meningkatkan aktivitas fisik, dan ikut serta dalam program skrining, kita dapat mengurangi risiko dan meningkatkan peluang untuk hidup lebih sehat. Jaga kesehatan ususmu sekarang, sebelum terlambat menyadari bahayanya.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan