Tips Penipu yang Menggunakan Rekening Dormant untuk Penculikan Kacab Bank

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Alasan utama di balik kasus penculikan dan pembunuhan kepala cabang bank M Ilham Pradipta (37) akhirnya terungkap. Ternyata, pelakunya memang memiliki niat untuk menguras rekening tak aktif atau dormant. Dalam kasus ini, telah ditetapkan 16 tersangka, termasuk dua anggota TNI AD. Dari jumlah tersebut, 15 tersangka sipil telah ditangkap, sementara satu tersangka masih dalam proses penangkapan. Mereka terlibat dalam empat klaster operasi yang berbeda, masing-masing bertanggung jawab atas tugas tertentu.

Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, menjelaskan adanya empat kelompok pelaku dalam kasus ini. Kelompok pertama berperan sebagai otak operasi penculikan dan pengurusan rekening dormant. Kelompok kedua bertanggung jawab langsung dalam memperlakukan korban. Sedangkan kelompok ketiga melibatkan dua orang anggota TNI AD. Terakhir, kelompok keempat berfungsi sebagai pengintai korban.

Ilham Pradipta diculik dari parkiran sebuah supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, pada Rabu (20/8/2025). Mayatnya kemudian ditemukan tewas di Serang Baru, Kabupaten Bekasi, pada hari berikutnya, Kamis (21/8/2025). Dalam klaster otak penculikan, C alias Ken merupakan pemimpin yang mengatur rencana dan menyiapkan tim IT untuk mentransfer uang dari rekening dormant ke rekening penampung. Dwi Hartono (DH) berperan mencari tim penculik dan menyiapkan operasi pembuntutan korban. AAM bertugas merencanakan penculikan dan mengawasi tim pengintai, sementara JP memimpin tim eksekutor dan mengoordinasi seluruh proses.

Kelompok penculikan terdiri dari lima orang, termasuk E yang melakukan pemaksaan fisik terhadap korban, dan EWB yang bertindak sebagai sopir mobil penculik. Sementara itu, klaster penganiayaan memiliki tiga anggota, termasuk JP dan MU yang memakai mobil Fortuner hitam untuk melaksanakan aksi kejam tersebut. Akhirnya, klaster pengintai terdiri dari empat tersangka yang telah ditangkap, dengan satu tersangka masih dalam pencarian, berinisial EG.

Versi terbaru dari kasus ini menunjukkan bahwa pelaku awalnya tidak berniat untuk membunuh Ilham. Mereka hanya ingin menggunakannya untuk mengakses rekening dormant yang mereka tuju. Namun, rencana tersebut berubah karena situasi yang tidak terduga. Informasi tentang rekening tersebut diperoleh oleh C alias Ken dari seorang rekannya dengan inisial S, yang masih dalam penyelidikan lebih lanjut oleh polisi.

Polisi mengungkap bahwa korban dipilih secara acak berdasarkan kartu nama yang ada, bukan berdasarkan hubungan pribadi. Sebelum menculik Ilham, tersangka Ken alias C mencoba menaruh tekanan pada beberapa kepala cabang bank untuk bekerja sama. Namun, upaya tersebut tidak berhasil, sehingga mereka memutuskan untuk menggunakan metode penculikan. Pelaku mencoba memanfaatkan Ilham untuk mengakses rekening dormant melalui otoritasnya sebagai kepala cabang bank, namun rencananya gagal dan berakhir tragis.

Pelaku di balik kasus penculikan dan pembunuhan kepala cabang bank memiliki motivasi finansial yang kuat. Mereka berusaha untuk menguras rekening tak aktif dengan cara yang kekerasan dan tidak berperhitungan. Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya keamanan data dan pengawasan terhadap rekening bank yang tidak aktif. Pelajarannya, setiap instansi harus lebih bijak dalam mengelola informasi sensitif dan melindungi karyawan dari tindakan kriminil.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan