Kongres Pluralisme di Kazakhstan: Isu Perusakan Tempat Ibadah Menjadi Pusat Perhatian

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Rangkaian Kongres VIII Pembina Agama Dunia dan Tradisional dimulai. Isu kerusakan tempat beribadat di berbagai negara menjadi salah satu poin utama yang dibahas.

Kongres ini digelar dari 16 hingga 19 September 2025 di Astana, Kazakhstan. Sidang khusus yang memfokuskan pada perlindungan situs keagamaan menjadi pembuka acara besar tersebut.

Sidang ini dihelat dengan kehadiran Wakil Sekretaris Jenderal PBB dan Perwakilan Tertinggi Aliansi Peradaban PBB, Miguel Angel Moratinos, serta Ketua Senat Kazakhstan, Maulen Ashimbayev.

Dalam sambutannya, Maulen Ashimbayev menekankan bahwa Sidang Istimewa tentang Perlindungan Benda-Benda Keagamaan merupakan lanjutan dari Forum Global ke-10 Aliansi Peradaban PBB yang diadakan di Portugal pada November 2024. Dia juga menyoroti komitmen Kazakhstan dalam mempertahankan harmoni antar-umat beragama.

“Masyarakat Kazakhstan telah menganut tradisi berbagai peradaban dan agama serta nilai-nilai toleransi dan terbuka. Prinsip persatuan dalam keberagaman sangat penting bagi kami,” ujar Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev, melalui bassinya Maulen selama sesi sidang, Selasa (16/9/2025).

Presiden Tokayev menjelaskan bahwa Kazakhstan memiliki sejarah panjang dalam menjaga warisan budaya dan spiritual. Dia juga menambahkan bahwa posisi geografis Kazakhstan, yang menjadi jembatan antara dunia Barat dan Timur, memperkuat pentingnya pelestarian tempat-tempat suci.

“Semua tempat suci ini merupakan bagian dari sejarah bangsa kita dan merupakan warisan spiritual dan budaya yang tak ternilai. Kami sangat mementingkan pelestarian dan perlindungannya,” tuturnya.

Wakil Sekretaris Jenderal PBB Miguel Angel Moratinos mengapresiasi upaya Kazakhstan dalam menjaga stabilitas dan perdamaian secara global. Dia menyatakan bahwa PBB siap mendukung inisiatif Kazakhstan terkait perlindungan situs keagamaan.

Kongres Pembina Agama Dunia dan Tradisional adalah inisiasi pemerintah Kazakhstan untuk mempromosikan perdamaian dan kerukunan antar-umat. Kongres pertama kali diadakan pada tahun 2003.

Acara ini biasanya diadakan setiap tiga tahun sekali di Astana. Dalam edisi kedelapan ini, kongres mengusung tema “Dialog Agama: Sinergi untuk Masa Depan.”

Acara puncak Kongres akan berlangsung pada Rabu (17/9) di Palace of Independence, Astana. Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev diharapkan hadir langsung. Selain itu, Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed El-Tayeb dan perwakilan Vatikan, Cardinal George Jacob Koovakad, juga akan ikut serta dalam sesi pleno besok.

Kazakhstan telah menunjukkan dedikasi yang kuat dalam melestarikan keanekaragaman agama dan budaya. Dengan posisi geografis yang strategis, negara ini menjadi jembatan antara Timur dan Barat, menjadikannya lokasi ideal untuk diskusi global tentang kerukunan agama. Kongres ini bukan hanya menegaskan komitmen Kazakhstan, tetapi juga menginspirasi dunia untuk bekerja bersama dalam menjaga harmoni antar-umat beragama.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan